Rabu, 13 Juli 2011

Pandangan Bermain Tentang Sentra dan Saat Lingkaran

Anak-anak seharusnya mampu melakukan percobaan dan penelitian sendiri. Guru, tentu saja, dapat menuntun anak-anak dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat, tetapi yang terpenting agar anak dapat memahami sesuatu, ia harus membangun pengertian itu sendiri, ia harus menemukan sendiri. Jean Piaget (1972) Pendahuluan Anak-anak belajar melalui permainan mereka. Pengalaman bermain yang menyenangkan dengan bahan, benda, anak lain, dan perhatian orang dewasa menolong anak-anak berkembang secara fisik, emosi, kognisi, dan sosial. Teori dan penelitian bermain seharusnya menjadi dasar untuk program anak usia dini yang bermutu tinggi. Lingkungan bermain yang bermutu tinggi untuk anak usia dini mendukung tiga jenis bermain yang dikenal dalam penelitian anak usia dini (Weikart, Rodgers, & Adcock, 1971) dan teori dari Erik Erikson, Jean Piaget, Lev Vygotsky, dan Anna Freud: • Sensorimotor atau main fungsional • Main peran (mikro dan makro) • Main pembangunan (sifat cair/bahan alam & terstruktur) Sensorimotor atau Main Fungsional Istilah ini diambil dari kerja Piaget dan Smilansky (1968). Maksudnya adalah anak usia dini belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan mereka. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika mereka disediakan kesempatan untuk berhubungan dengan bermacam-macam bahan dan alat permainan, baik di dalam maupun di luar ruangan. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika mereka diberi kesempatan untuk bergerak secara bebas, bermain di halaman atau di lantai atau di meja dan di kursi. Kebutuhan bermain sensorimotor anak didukung bila lingkungan baik di dalam maupun di luar ruangan menyediakan kesempatan untuk berhubungan dengan banyak tekstur dan berbagai jenis bahan bermain yang berbeda yang mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak. Anak dengan kemampuan gerakan yang terbatas seharusnya ditempatkan dalam berbagai cara sepanjang hari agar mereka dapat berhubungan penuh dengan kesempatan bermain. Tergantung pada berat ringannya kondisi yang membatasi gerak dan daya penggerak, pengasuh yang telah dilatih untuk anak dengan “kebutuhan khusus” mampu memberikan sebanyak mungkin kesempatan untuk menambah macam gerakan dan meningkatkan perkembangan sensorimotor. Setiap usaha dibuat untuk menyediakan serangkaian penuh pengalaman sensorimotor masing-masing anak. Contohnya, tempat tidur ayunan dan ayunan luar yang digunakan untuk memberikan kesempatan kepada anak yang tertantang secara fisik untuk berayun disamping teman yang tidak dengan kebutuhan khusus. Main Peran (Mikro dan Makro) Main peran juga disebut main simbolik, pura-pura, make-believe, fantasi, imajinasi, atau main drama, sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun (Vygosky, 1967; Erikson, 1963). Main peran dipandang sebagai sebuah kekuatan yang menjadi dasar perkembangan daya cipta, tahapan ingatan, kerja sama kelompok, penyerapan kosa kata, konsep hubungan kekeluargaan, pengendalian diri, keterampilan pengambilan sudut pandang spasial, keterampilan pengambilan sudut pandang afeksi, keterampilan pengambilan sudut pandang kognisi. (Gowen, 1995). Main peran membolehkan anak memproyeksikan dirinya ke masa depan dan menciptakan kembali masa lalu. Mutu pengalaman main peran tergantung pada variabel di bawah ini: • Cukup waktu untuk bermain (penelitian menyarankan paling sedikit satu jam). • Ruang yang cukup, sehingga perabotan tidak penuh sesak, alat-alat mudah dijangkau, dan paling sedikit empat sampai enam anak dapat bermain dengan nyaman. • Alat-alat untuk mendukung bermacam-macam adegan permainan. • Orang dewasa yang dapat memberi pijakan bila dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan main peran anak. Hubungan sosial yang dibangun hingga menjadi main peran pada anak usia 12 – 36 bulan sebaiknya didukung untuk anak yang berkebutuhan khusus maupun tidak. Orang dewasa harus peduli terhadap ekspresi wajah bahwa wajah sebagai mainan pertama, menjawab dengan senyuman, hubungan timbal balik, ekspresi seluruh badan, rasa cemas terhadap orang-orang yang tidak dikenal, dan permainan dengan gerakan badan inilah menjadi dasar yang penting pada main peran selanjutnya. Erik Erikson (1963) menjelaskan dua jenis main peran: mikro dan makro. Main peran mikro anak memainkan peran dengan menggunakan alat bermain berukuran kecil, contoh kandang dengan binatang-binatangan dan orang-orangan kecil. Main peran makro anak bermain menjadi tokoh menggunakan alat berukuran besar yang digunakan anak untuk menciptakan dan memainkan peran-peran, contoh memakai baju dan menggunakan kotak kardus yang dibuat menjadi mobil-mobilan atau benteng. Sentra main peran harus ada di dalam dan di luar, mendukung anak dengan alat dan perlengkapan untuk bermacam-macam main peran. Untuk anak tiga sampai enam tahun dengan perkembangan terlambat dari anak usia dini, alat harus mendukung tema selain dari tema sekeliling. Main Pembangunan Main pembangunan juga dibahas dalam kerja Piaget (1962) dan Smilansky (1968). Piaget menjelaskan bahwa kesempatan main pembangunan membantu anak untuk mengembangkan keterampilannya yang akan mendukung keberhasilan sekolahnya dikemudian hari. Dr. Charles, H. Wolfgang, dalam bukunya yang berjudul School for Young Children (1992), menjelaskan suatu tahap yang berkesinambungan dari bahan yang paling cair atau messy, seperti air, ke yang paling terstruktur, seperti puzzle. Cat, krayon, spidol, play dough, air, dan pasir dianggap sebagai bahan main pembangunan sifat cair atau bahan alam. Balok unit, LegoTM, balok berongga, Bristle BlockTM, dan bahan lainnya dengan bentuk yang telah ditentukan sebelumnya, yang mengarahkan bagaimana anak meletakkan bahan-bahan tersebut bersama menjadi sebuah karya, dianggap sebagai bahan main pembangunan yang terstruktur. Anak dapat mengekspresikan dirinya dalam bahan-bahan ini mengembangkan dari main proses atau main sensorimotor yang kami lihat pada anak usia di bawah tiga tahun ke tahap main simbolik yang kami lihat pada anak usia tiga – enam tahun yang dapat terlibat dalam hubungan kerja sama dengan anak lain dan menciptakan karya nyata. Anak harus memiliki waktu untuk bermain, tempat untuk bermain, perabotan yang tepat untuk mendukung main mereka, dan pijakan dari guru ketika dibutuhkan. Dengan konsep ini dalam pikiran orang dewasa dalam lingkungan anak usia dini harus ditekankan untuk menyediakan tiga jenis main, intensitas dan densitas dari pengalaman bermain. Contoh: Anak dibolehkan untuk memilih dari serangkaian kegiatan main setiap hari yang menyediakan kesempatan untuk terlibat dalam main peran, pembangunan dan sensorimotor. Intensitas – sejumlah waktu yang dibutuhkan anak untuk pengalaman dalam tiga jenis main sepanjang hari dan sepanjang tahun. Konsep intensitas menekankan pada jumlah waktu yang dibutuhkan anak untuk berpindah melalui tahap perkembangan kognisi, sosial, emosi, dan fisik yang dibutuhkan agar dapat berperan serta dalam keberhasilan sekolah kemudian hari. Contoh: Anak-anak harus memiliki pengalaman harian yang membolehkan mereka untuk berhubungan dengan bahan pembangunan sifat cair yang menyediakan kesempatan untuk menggambar, melukis, dan keterampilan awal menulis. Bahan-bahan seperti kertas dengan tekstur, ukuran, dan warna yang berbeda, dengan spidol dan krayon, papan lukis dengan kertas berbagai ukuran dan kuas-kuas akan membantu anak sepanjang waktu untuk berkembang melalui tahap awal dari corat-coret ke penciptaan sesuatu yang mewakili wujud nyata dan tahap awal dari corat-coret ke menulis kata dan kemudian kalimat. Densitas – berbagai macam cara setiap jenis main yang disediakan untuk mendukung pengalaman anak Konsep dari densitas menekankan pada kegiatan yang berbeda yang disediakan untuk anak oleh orang dewasa di lingkungan anak usia dini. Kegiatan-kegiatan ini harus memperkaya kesempatan pengalaman anak melalui tiga jenis main dan dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan perkembangan anak. Contoh: anak dapat menggunakan cat di papan lukis, nampan cat jari, cat dengan kuas kecil di atas meja, dan sebagainya, untuk melatih keterampilan pembangunan sifat cair. Anak-anak dapat menggunakan balok unit (Pratt), palu dengan paku dan kayu, sisa-sisa bahan bangunan dengan lem tembak, dan LegoTM untuk berlatih keterampilan pembangunan terstruktur. Kebanyakan tempat main peran hanya untuk “kerumahtanggaan” yang hanya diminati oleh anak perempuan. Sedangkan pengalaman seperti klinik dokter gigi, tempat bangunan, rumah makan dengan kolam ikan di bagian luar, dan lain-lain, direncanakan sepanjang tahun menarik baik untuk anak perempuan maupun anak laki-laki dalam main peran yang terlibat dan densitas dari jenis permainan yang disediakan. Penelitian dan teori mendukung pengalaman bermain sebagai sebuah dasar untuk program anak usia dini yang bermutu, tetapi semua anak tidak mendapatkan keuntungan secara penuh tanpa rencana, penataan lingkungan, dan pijakan orang dewasa untuk pengalaman. Pengalaman bermain anak seharusnya direncanakan dengan hati-hati dan diberi pijakan untuk memenuhi kebutuhan setiap anak. Empat langkah pijakan berikut ini untuk mencapai mutu pengalaman main (CCCRT, 1999): • Pijakan Lingkungan Main • Pijakan Pengalaman Sebelum Main • Pijakan Pengalaman Main Setiap anak • Pijakan Pengalaman Setelah Main Sejumlah orang dewasa yang bekerja pada program anak usia dini berpikir cukup hanya mengambil beberapa buku dari rak buku untuk dibaca dan membiarkan anak berlari secara bebas ke kelas atau ke halaman sementara mereka berdiri dan bicara pada anak lain. Pengalaman main yang bermutu membutuhkan orang dewasa yang tahu tahap perkembangan setiap anak dalam setiap jenis main. Orang dewasa ini harus menggunakan informasi tersebut untuk merencanakan, menata, memberi pijakan yang diperkaya dengan keaksaraan pengalaman main. Pengalaman-pengalaman ini harus mendukung perolehan keterampilan dan pengetahuan yang mendukung keberhasilannya di sekolah kemudian hari.

Kamis, 30 Juni 2011

Pelaksanaan Pembelajaran bagi Anak Usia 4 – 6 Tahun

Memasuki usia 4 tahun, anak mengembangkan rasa mandiri dan senang bersosialisasi dengan lingkungannya. Pada usia ini, egosentris anak berkurang, tetapi perilaku agresif meningkat. Mereka senang bermain bersama-sama dalam kelompok. Hal ini dapat diakomodasi melalui kegiatan bermain di sentra-sentra yang memberi mereka kesempatan untuk melakukan berbagai aktivitas secara mandiri dan dilakukan dalam kelompok. Pada perkembangan kognitifnya, mereka tertarik dengan konsep sebab akibat. Mereka memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang mengapa sesuatu terjadi. Hal ini menyebabkan mereka senang bertanya ”Siapa?”, ”Mengapa?”, dll. Untuk itu, pendidik hendaknya mengajak anak berdiskusi tentang tema yang sedang dibahas untuk mengakomodasi dan mengembangkan rasa ingin tahu anak sebagai media belajar mereka. Pada periode perkembangan ini, anak juga mengembangkan imaginasinya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Pemahaman mereka tentang waktu juga meningkat. Mereka mulai memahami tentang waktu, pagi ini, nanti, nanti siang, dll. Anak pada masa-masa ini senang melakukan sesuatu atas kehendaknya sendiri. Anak usia ini juga terlihat sangat ekspresif baik dalam aksi, ekspresi wajah dan penggunaan kata-kata. Mereka mulai mengenali perbedaan warna dan bentuk-bentuk geometri, konsep sama dan beda, konsep spasial, serta membandingkan besar kecil, dsb. Oleh karenanya, pendidik dapat memfasilitasi anak dengan beragam kegiatan pengembangan matematika untuk mendukung perkembangan kognitif serta bahasa anak. Pada tahapan perkembangan berikutnya yaitu pada usia 5 dan 6 tahun, anak telah mengembangkan rasa mandiri, bertanggung jawab, bersemangat untuk melakukan keinginan mereka, bangga untuk pergi ke sekolah, senang bermain kerjasama dengan teman-temannya dibandingkan bermain sendiri, menikmati pergi keluar ruangan dan mengeksplorasi lingkungan, serta menikmati pujian yang diberikan orang atas kemampuan mereka. Anak-anak pada usia ini sangat antusias dalam melakukan kegiatan-kegiatan fisik di luar seperti berlari, meluncur di papan luncuran, ayunan, dan beragam permainan outdoor lainnya. Oleh karenanya, berikan anak kesempatan untuk melakukan kegiatan fisik motorik di pagi hari. Pendidik dapat memfasilitasi hal ini dengan melakukan beragam kegiatan fisik yang menyenangkan bagi anak seperti naik turun tangga, berlari, senam menirukan gerakan binantang, dll. Anak juga telah mengembangkan kemampuan motorik halusnya sehingga anak mampu mencuci tangan mereka sendiri, mengancingkan bajunya, dan melukis. Untuk itu, berikan anak kesempatan untuk melakukan berbagai kegiatan sendiri. Kegiatan pembelajaran anak usia ini dilaksanakan di dalam sentra-sentra belajar. Sentra pembelajaran merupakan perwujudan dari dunia anak, tempat anak membangun konsep, menggali pengetahuan, memperhalus dan mempertajam keterampilan. Di dalam sentra, anak dapat bekerja secara mandiri, kelompok kecil maupun kelompok besar. Pembelajaran seperti ini memberi kebebasan pada anak untuk belajar sesuai irama, gaya belajar dan kecepatan masing-masing. Di dalam sentra, anak belajar melalui pengalaman langsung berinteraksi dengan benda-benda, bahan, alat main yang disediakan pendidik, dan anak lainnya. Anak dapat menggali, menemukan, dan bereksperimen hingga mendapatkan pemahaman mereka sendiri terhadap sesuatu. Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa sentra merupakan bengkel kerja dan perpustakaan bagi anak usia dini. Di sentra, anak dapat mencoba-coba berbagai pengalaman belajar dalam lingkungan yang aman. Berbagai pengetahuan yang mereka dapatkan dari lingkungan sekitar dapat dipraktekkan dan sekaligus anak mendapat pengetahuan dan keterampilan baru. Anak juga dapat bekerja bersama teman. Saat anak bekerja dengan teman sebaya, mereka dapat berbagi ide, memberikan usulan-usulan dan melakukan kompromi-kompromi dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sentra memungkinkan pendidik memenuhi kebutuhan setiap anak. Pendidik memfasilitasi, menguatkan dan meluaskan ide anak, mencatat dan mendokumentasikan perkembangan dan belajar setiap anak. Pendidik harus terus menerus mereview proses anak belajar dan memastikan bahwa setiap anak dapat belajar dengan menyenangkan dan bermakna. Jumlah sentra yang ada tidaklah terlampau penting, yang terpenting adalah menyediakan kegiatan main yang beragam, memprovokasi anak untuk terus menggali dan menemukan, serta menyediakan waktu yang cukup bagi anak untuk berpikir, merefleksikan dan mengkomunikasikan gagasannya. Pembelajaran di dalam sentra akan menjadi efektif dan berkualitas, bila pendidik melakukan langkah-langkah berikut: a. Penataan lingkungan main Lingkungan fisik mencakup ukuran ruang yang leluasa, warna dinding yang menenangkan, cahaya dan jendela yang cukup. Penataan lingkungan fisik ini haruslah dirancang dengan baik secara aman, menarik, nyaman, mendukung tujuan dan leluasa bagi pendidik untuk mengobservasi dan berinteraksi dengan anak. Lingkungan fisik yang ditata menjadi beberapa sentra merupakan penataan lingkungan yang ideal bagi anak usia 3 – 6 tahun yang ingin bereksplorasi, bereksperimen, membuat sesuatu, dan memuaskan minat dan rasa ingin tahunya. Sentra-sentra ini dapat digunakan oleh anak sesuai jadwal yang disusun oleh pendidik. Contoh penataan sentra dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar: Penataan sentra di dalam ruangan yang terdiri dari (1) sentra balok, (2)main peran, (3) memasak, (4) seni, (5) musik, dll. Namun bila tidak memungkinkan, sesuaikan jumlah sentra dengan kebutuhan dan kemampuan lembaga Setiap sentra disediakan bahan dan alat main yang dipilih secara menarik, mengundang minat anak, sesuai dengan perkembangan dan budaya anak, menantang dan tidak membuat frustasi. Bahan dan alat-alat main ditata dalam rak dan wadah yang diberi nama dengan kata dan gambar sehingga lingkungan kaya dengan keaksaraan. Mereka juga dapat belajar secara mandiri karena bahan alat main tertata di tempatnya, anak dapat mengambil dan menyimpannya kembali di tempat semula. Gambar: alat dan bahan main ditata dalam wadah-wadah yang diberi nama sehingga anak belajar pengelompokan Di setiap sentra juga tersedia kegiatan-kegiatan main dengan jumlah cukup yang dapat dipilih oleh anak. Kegiatan main yang cukup dan ditata dengan baik merupakan dua faktor yang paling berpengaruh dalam mendukung pengalaman main yang bermutu tinggi dan terbukti mampu meminimalkan perilaku yang tidak diinginkan dari anak, seperti berebut mainan. Jumlah kegiatan main yang cukup menurut para ahli, seperti yang dijelaskan oleh Phelps dan Kritchevsky adalah 2,5 hingga 3 tempat main untuk setiap anak. Jika dalam satu kelompok ada 10 anak maka sebaiknya ada 25 hingga 30 tempat main yang disediakan. Angka ini adalah tempat main, bukan jumlah kegiatan main. Kegiatan main dapat sejumlah anak atau kurang sedikit dari jumlah anak, yakni 8 kegiatan main yang berbeda. Contoh kegiatan-kegiatan main yang dapat disediakan adalah: Kegiatan Main Tempat Main Menuang dan mengisi air dengan corong 2 tempat Menuang dan mengisi air dengan pompa 2 tempat Mengocok air bersabun dengan kocokan kue 2 tempat Playdough dengan gilingan dan cetakan kue 4 tempat Melukis dengan jari 4 tempat Main peran mikro dalam baskom hijau berisi pasir dan binatang-binatang plastik kecil 6 tempat Bermain peran mikro di kotak air berisi binatang plastik kecil 6 tempat Bermain menyusun balok dan dapat bermain peran mikro setelah menyusunnya 4 tempat Penataan tempat dan kegiatan main ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar: Penataan lingkungan main di sentra bahan alam yang mencerminkan densitas atau keragaman main dan rencana pembelajaran yang telah disusun. Kegiatan main dilaksanakan di dalam atau di luar ruangan, pendidik harus menyediakan kegiatan main yang cukup dan pengalaman main yang beragam agar energi anak dapat disalurkan secara positif. Jika anak tidak disediakan dengan pengalaman main yang menarik dan berganti-ganti maka mereka akan bosan. Jika pengalaman main terlalu mudah, anak menjadi tidak tertarik sebaliknya jika terlalu sukar, mereka akan frustasi. Penelitian mengungkapkan bahwa kuantitas dan kualitas pengalaman main berpengaruh terhadap perilaku yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa penataan peralatan dan bahan main yang ditata sesuai tahap perkembangan anak serta membangun interaksi social yang positif antara anak dapat mengembangkan konsep diri positif pada anak. b. Pijakan pendidik sebelum main Kegiatan ini dibimbing oleh pendidik dalam lingkaran selama 15 hingga 30 menit. Anak-anak diajak duduk dalam lingkaran. Saat lingkaran merupakan kegiatan harian yang penting di dalam pembelajaran. Pada saat lingkaran anak-anak mendengarkan cerita, belajar siapa yang hadir dan tidak, mendiskusikan kegiatan hari ini, berbicara kejadian-kejadian istimewa sehari-hari, mengetahui dan bermain dengan bahan/alat main yang baru di sentra, membahas aturan main, bernyanyi atau bergerak mengikuti irama. Gambar: Saat Lingkaran Pendidik memulai kegiatan dengan membacakan cerita yang berkaitan dengan tema. Bilamana buku cerita, sajak, atau lagu-lagu disampaikan pada anak, maka anak-anak dapat meluaskan kosakata dan mengembangkan bahasanya. Pendidik hendaknya berkomunikasi dengan anak dengan suara yang menyenangkan dan membuat anak-anak terpikat. Semua bahan/alat main serta kegiatan main dijelaskan secara rinci dan aturan-aturan main didiskusikan/diingatkan kembali. Pendidik harus secara hati-hati melaksanakan transisi saat anak akan memilih kegiatan main. Jika anak dibolehkan pada saat yang bersamaan memilih kegiatan main, maka yang akan terjadi adalah keributan memperebutkan alat/tempat main. Agar transisi kegiatan main ini berlangsung teratur, maka pendidik dapat menyebutkan atribut yang melekat pada anak, misalnya: • Menggunakan warna pakaian, “anak-anak yang memakai sesuatu yang ada merahnya, silakan memilih kegiatan main” • Menggunakan huruf pertama dari namanya, ”anak-anak yang namanya dimulai dengan huruf “T”, silakan memilih kegiatan main” • Menggunakan lebih dari satu variabel, ”anak-anak yang menggunakan sepatu bertali dan ada warna birunya, silakan memilih kegiatan main” Sebelum berakhir kegiatan lingkaran, anak-anak diingatkan untuk: • Memilih kegiatan main • Menyelesaikan kegiatan main • Menunjukkan kepada pendidik apa yang telah dilakukan • Membersihkan alat main/beres-beres • Memilih kegiatan main yang lain c. Pijakan selama anak main Kegiatan ini meminta anak-anak memilih dan menyelesaikan kegiatan mainnya dalam jumlah waktu yang cukup. Menurut penelitian anak-anak bermain secara tuntas membangun konsep-konsep pengetahuan melalui pengalaman mainnya bila diberikan waktu selama 60 menit. Pendidik harus mengobservasi dan menilai setiap kegiatan main anak serta merencanakan pengalaman main selanjutnya sehingga dapat mendukung dan meningkatkan secara penuh perkembangan main anak. Kegiatan ini menuntut kemampuan pendidik memahami setiap tahap perkembangan anak sehingga mampu memberikan pijakan main melalui pertanyaan yang terbuka, meluaskan kosa kata, mencontohkan, dan meningkatkan pengalaman main. d. Pijakan setelah main Selama kegiatan ini, anak-anak diajak duduk melingkar kembali. Namun sebelumnya, mereka diminta untuk membereskan peralatan bermain. Jika ada anak sulit untuk diajak beres-beres maka pendidik menunjukkan cara membereskan atau menggunakan cara yang menarik seperti bernyanyi untuk mengajak anak membereskan mainannya. Gambar: Membereskan mainan sendiri membangun tanggungjawab dan interaksi sosial Setelah semua anak duduk dalam lingkaran, pendidik menanyakan pada setiap anak kegiatan main yang telah dilakukan. Kegiatan menanyakan kembali (recalling) melatih daya ingat anak tentang kegiatan yang sudah dilakukan dan melatih anak mengemukakan gagasan dan pengalaman mainnya yang dapat memperluas perbendaharaan kata anak. 4. Kesimpulan Bermain menjadi kunci penting dalam membangun pengetahuan anak. Oleh karena itu sebagai seorang pendidik harus dapat melaksanakan pembelajaran melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, bermakna, dan sesuai tahap perkembangan dan budaya anak. Dalam pelaksanaannya, anak menjadi sentra pembelajaran. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar, mempunyai banyak ide, dan tidak dapat diam dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu pendidik harus menata lingkungan main dengan menyediakan pengalaman-pengalaman main yang memberi kesempatan anak untuk memilih dan menggunakannya dengan berbagai cara (densitas main) dan memberikan waktu cukup kepada anak untuk menyelesaikan kegiatan mainnya (intensitas main). Pendidik juga perlu memberikan pijakan baik sebelum bermain, saat bermain, dan setelah bermain di setiap kegiatan pembelajaran. REFERENSI _______ (2005). Beyond Cribs & Rattles: Playfully Scaffolding the Development of Infants and Toddlers. Tallahassee, Florida: The Creative Center for Childhood Research & Training, Inc. Dodge, Diane Trister, etc. (2002). The Creative Curriculum for Preschool; fourth edition. Teaching Strategies, Inc. Washington DC. Kostelnik, M.K., Soderman, A.K., dan Whiren, A.P. (1999). Developmentally Appropriate Curriculum. Best Practices in Early Childhood Education. New Jersey. Prentice Hall. Phelps. (2005). Beyond Centers & Circle Time: Scaffolding and Assessing the Play of Young Children. Tallahassee, Florida: CCCRT. Tilley, Alvin R. (1993).The Measure of Man and Woman: Human Factors in Design. Whitney Library of Design, an imprint of Watson-Guptill Publications, New York,

Rabu, 29 Juni 2011

Pelaksanaan Pembelajaran bagi Anak Usia 2 – 3 Tahun

Usia 2 – 3 tahun adalah masa awal tahap berpikir pra-operasional. 
Ukuran otaknya telah mencapai 80% otak orang dewasa. Secara kognitif, mulai tumbuh kesadaran terhadap peristiwa di sekitarnya dan mencontoh perilaku yang ia lihat. Oleh karena itu orangtua, pendidik maupun orang-orang dewasa lainnya harus menjadi model yang dapat diteladani oleh anak sehingga mendukung berkembangnya kemampuan bahasa, sosial-emosi, dan perilaku yang tepat bagi anak. Kemampuan motorik anak berkembang baik yang ditandai dengan keseimbangan tubuhnya lebih baik, gerakannya lebih terkoordinasi dan dapat mempelajari keterampilan-keterampilan baru dengan sangat cepat. Kebutuhan motorik kasar lebih tinggi sehingga kegiatan bermain seharusnya lebih banyak di halaman. Kegiatan bermain dengan air, pasir, tanah liat, tanah lempung, dan cat lebih banyak diberikan karena pada usia ini anak-anak lebih menyukai kegiatan-kegiatan main yang dapat dilakukannya dengan berbagai cara.Anak senang membentuk, mencampur, mengocok, dan lain-lain untuk bermain peran. Gambar: Mainan yang dapat didorong anak serta kotak pasir beserta alat-alat untuk bermain peran Pendidik perlu menyediakan bahan main yang cukup untuk setiap jenisnya untuk menghindarkan anak berkelahi dan menangis memperebutkan mainan, karena anak masih di tahap egosentris Misalnya, untuk anak didik sebanyak 6 orang, pendidik dapat menyiapkan 3-4 bola merah, Bila jumlah alat-alat main cukup, maka anak-anak dapat bermain berdampingan dan mendukung berkembangnya aspek sosial dalam bermain bersama. Pada tahapan selanjutnya, seiring pertambahan usia anak, pendidik dapat mengurangi jumlah alat permainan untuk setiap jenisnya untuk mengenalkan konsep berbagi. Semua alat-alat main haruslah ditata dan dikelompokkan sehingga anak-anak dapat dengan mudah menggunakan dan menyimpannya kembali. Berikan tanda gambar/simbol serta tulisan untuk memudahkan anak mengembalikan alat ke tempatnya semula. Gambar: alat permainan dikelompokkan dan diberi tanda/simbol di keranjang dan loker tempat untuk mengembalikan Pada tahapan perkembangan ini, anak sudah mampu menyampaikan apa yang mereka ketahui melalui perilaku pura-pura. Untuk itu, alat-alat main peran perlu disediakan di dalam dan di luar ruangan. Melalui bermain peran, anak belajar mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, termasuk kemampuan keaksaraan. Untuk mendukung pengalaman bermain anak yang berkualitas, maka perlu memperhatikan tahapan di bawah ini, yakni: a. Penataan Lingkungan Main 1) Tatalah ruang dan alat-alat main yang mendukung anak untuk dapat bergerak bebas dari satu kegiatan bermain ke kegiatan bermain lainnya dan mengembangkan kemampuan sosialnya. Alat-alat bermain ditata sesuai dengan kegiatan bermain yang diharapkan (main sensori motor, main peran, main keaksaraan, main pembangunan), dan diletakkan di tempat (rak atau lemari atau wadah lainnya yang telah diber simbol dan tulisan) yang terjangkau anak. Hal ini akan memudahkan dan membantu anak untuk secara mandiri mengambil alat sesuai kebutuhan dan mengklasifikasi alat tersebut pada saat beres-beres. 2) Rencanakan intensitas. Penetapan waktu bermain harus disesuaikan dengan kemampuan rentang perhatian anak. Kegiatan dalam lingkaran hendaknya dilakukan ± 10 – 15 menit, main dalam ruangan ± 30 menit (rentang perhatian anak usia ini masih pendek, belum dapat fokus) dan bertambah lama seiring pertambahan usia anak. 3) Rencanakan densitas. Kegiatan dan cara main yang beragam dalam mengenal sebuah konsep, akan membantu anak lebih memperkaya pengalaman dan pengetahuannya melalui berbagai cara. Gambar: Tata alat main sehingga anak dapat menentukan kegiatan mainnya dan dapat main bersama b. Pijakan Sebelum Main 1) Bacakan buku cerita dan nyanyikan lagu-lagu sesuai dengan tema dan minat anak. Gambar: Pendidik membaca buku cerita bersama dengan anak-anak 2) Diskusikan secara singkat dan sederhana aturan-aturan bermain. Hindari kata/kalimat negatif seperti, ”jangan lempar pasir.” Biasakan untuk menciptakan suasana tenang selama kegiatan. Menggunakan intonasi yang tenang lebih baik dari pada menggunakan intonasi keras. Suara pendidik yang tenang akan memberi efek ketenangan pada seluruh anak. 3) Berikan gagasan bagaimana menggunakan bahan dan alat main, misalnya, ”mobil truk kita sudah siap untuk mengangkut binatang” atau ”kita bisa membuat kue ulangtahun hari ini dan memasaknya di oven” atau ”pasir kita gunakan untuk membuat gunung.” 4) Bantu anak untuk bermain bersama anak lain sehingga mereka memperoleh pengalaman positif interaksi sosial bersama anak-anak lain. 5) Bicara sebanyak dan sebisa mungkin untuk mendorong anak-anak menceritakan atau mengemukakan apa yang sedang dikerjakannya. c. Pijakan Selama Main Untuk memberikan pijakan berupa dukungan, bantuan, atau gagasan kepada setiap anak saat mereka bermain, pendidik harus memahami perkembangan dan tahapan bermain setiap anak. Pendidik harus memiliki keterampilan bahasa dan kesediaan bermain yang membuatnya kotor seperti bermain pasir, tanah liat, lumpur. Pendidik juga mau untuk bermain di lantai, di tanah, atau di tempat basah dan sungguh-sungguh terlibat bermain bersama anak. Selama anak bermain, pendidik: 1) Mengamati setiap anak yang bermain dan memberi penguatan dengan bertanya apa yang dikerjakan anak. 2) Mencontohkan perilaku yang tepat dan bahasa yang benar pada anak. 3) Meningkatkan dan meluaskan kosa kata dan bahasa yang anak gunakan. 4) Menjadi penengah bila ada anak yang berebut mainan dengan mengingatkan pada aturan main. 5) Memperkenankan anak memilih kegiatan main dan memberi pijakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. 6) Mengobservasi dan mendokumentasikan perkembangan dan kemajuan belajar setiap anak Gambar: Pendidik mendampingi anak, mengamati anak, dan siap membantu bila anak kesulitan d. Pijakan Setelah Main 1) Anak-anak senang membantu, oleh karena itu ajak anak membereskan mainan sebagai pengalaman belajar yang positf bagi mereka mengenal konsep pengelompokan, pengurutan (misalnya menata mainan dari tertinggi hingga terendah). 2) Anak dipersilahkan mencuci tangan dan ke toilet. 3) Anak diajak bernyanyi bersama. 4) Pendidik bercerita hari ini sudah main apa saja dan anak-anak menjawab kegiatan yang sudah dimainkannya. Gambar: Pendidik bersama-sama anak mendiskusikan pengalaman main anak 5) Menanyakan perasaan anak setelah bermain dan mengajak bermain kembali esok hari. 6) Mengajak berdoa setelah bermain. 7) Membuat kegiatan transisi sebelum anak-anak pulang, misalnya dengan bermain tebak-tebakan, bernyanyi, atau dengan menyebutkan identitas anak, misalnya, ”Anak perempuan yang mengenakan baju berwarna biru, silakan pulang lebih dahulu”