Rabu, 29 Juni 2011

Pelaksanaan Pembelajaran bagi Anak Usia 2 – 3 Tahun

Usia 2 – 3 tahun adalah masa awal tahap berpikir pra-operasional. 
Ukuran otaknya telah mencapai 80% otak orang dewasa. Secara kognitif, mulai tumbuh kesadaran terhadap peristiwa di sekitarnya dan mencontoh perilaku yang ia lihat. Oleh karena itu orangtua, pendidik maupun orang-orang dewasa lainnya harus menjadi model yang dapat diteladani oleh anak sehingga mendukung berkembangnya kemampuan bahasa, sosial-emosi, dan perilaku yang tepat bagi anak. Kemampuan motorik anak berkembang baik yang ditandai dengan keseimbangan tubuhnya lebih baik, gerakannya lebih terkoordinasi dan dapat mempelajari keterampilan-keterampilan baru dengan sangat cepat. Kebutuhan motorik kasar lebih tinggi sehingga kegiatan bermain seharusnya lebih banyak di halaman. Kegiatan bermain dengan air, pasir, tanah liat, tanah lempung, dan cat lebih banyak diberikan karena pada usia ini anak-anak lebih menyukai kegiatan-kegiatan main yang dapat dilakukannya dengan berbagai cara.Anak senang membentuk, mencampur, mengocok, dan lain-lain untuk bermain peran. Gambar: Mainan yang dapat didorong anak serta kotak pasir beserta alat-alat untuk bermain peran Pendidik perlu menyediakan bahan main yang cukup untuk setiap jenisnya untuk menghindarkan anak berkelahi dan menangis memperebutkan mainan, karena anak masih di tahap egosentris Misalnya, untuk anak didik sebanyak 6 orang, pendidik dapat menyiapkan 3-4 bola merah, Bila jumlah alat-alat main cukup, maka anak-anak dapat bermain berdampingan dan mendukung berkembangnya aspek sosial dalam bermain bersama. Pada tahapan selanjutnya, seiring pertambahan usia anak, pendidik dapat mengurangi jumlah alat permainan untuk setiap jenisnya untuk mengenalkan konsep berbagi. Semua alat-alat main haruslah ditata dan dikelompokkan sehingga anak-anak dapat dengan mudah menggunakan dan menyimpannya kembali. Berikan tanda gambar/simbol serta tulisan untuk memudahkan anak mengembalikan alat ke tempatnya semula. Gambar: alat permainan dikelompokkan dan diberi tanda/simbol di keranjang dan loker tempat untuk mengembalikan Pada tahapan perkembangan ini, anak sudah mampu menyampaikan apa yang mereka ketahui melalui perilaku pura-pura. Untuk itu, alat-alat main peran perlu disediakan di dalam dan di luar ruangan. Melalui bermain peran, anak belajar mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, termasuk kemampuan keaksaraan. Untuk mendukung pengalaman bermain anak yang berkualitas, maka perlu memperhatikan tahapan di bawah ini, yakni: a. Penataan Lingkungan Main 1) Tatalah ruang dan alat-alat main yang mendukung anak untuk dapat bergerak bebas dari satu kegiatan bermain ke kegiatan bermain lainnya dan mengembangkan kemampuan sosialnya. Alat-alat bermain ditata sesuai dengan kegiatan bermain yang diharapkan (main sensori motor, main peran, main keaksaraan, main pembangunan), dan diletakkan di tempat (rak atau lemari atau wadah lainnya yang telah diber simbol dan tulisan) yang terjangkau anak. Hal ini akan memudahkan dan membantu anak untuk secara mandiri mengambil alat sesuai kebutuhan dan mengklasifikasi alat tersebut pada saat beres-beres. 2) Rencanakan intensitas. Penetapan waktu bermain harus disesuaikan dengan kemampuan rentang perhatian anak. Kegiatan dalam lingkaran hendaknya dilakukan ± 10 – 15 menit, main dalam ruangan ± 30 menit (rentang perhatian anak usia ini masih pendek, belum dapat fokus) dan bertambah lama seiring pertambahan usia anak. 3) Rencanakan densitas. Kegiatan dan cara main yang beragam dalam mengenal sebuah konsep, akan membantu anak lebih memperkaya pengalaman dan pengetahuannya melalui berbagai cara. Gambar: Tata alat main sehingga anak dapat menentukan kegiatan mainnya dan dapat main bersama b. Pijakan Sebelum Main 1) Bacakan buku cerita dan nyanyikan lagu-lagu sesuai dengan tema dan minat anak. Gambar: Pendidik membaca buku cerita bersama dengan anak-anak 2) Diskusikan secara singkat dan sederhana aturan-aturan bermain. Hindari kata/kalimat negatif seperti, ”jangan lempar pasir.” Biasakan untuk menciptakan suasana tenang selama kegiatan. Menggunakan intonasi yang tenang lebih baik dari pada menggunakan intonasi keras. Suara pendidik yang tenang akan memberi efek ketenangan pada seluruh anak. 3) Berikan gagasan bagaimana menggunakan bahan dan alat main, misalnya, ”mobil truk kita sudah siap untuk mengangkut binatang” atau ”kita bisa membuat kue ulangtahun hari ini dan memasaknya di oven” atau ”pasir kita gunakan untuk membuat gunung.” 4) Bantu anak untuk bermain bersama anak lain sehingga mereka memperoleh pengalaman positif interaksi sosial bersama anak-anak lain. 5) Bicara sebanyak dan sebisa mungkin untuk mendorong anak-anak menceritakan atau mengemukakan apa yang sedang dikerjakannya. c. Pijakan Selama Main Untuk memberikan pijakan berupa dukungan, bantuan, atau gagasan kepada setiap anak saat mereka bermain, pendidik harus memahami perkembangan dan tahapan bermain setiap anak. Pendidik harus memiliki keterampilan bahasa dan kesediaan bermain yang membuatnya kotor seperti bermain pasir, tanah liat, lumpur. Pendidik juga mau untuk bermain di lantai, di tanah, atau di tempat basah dan sungguh-sungguh terlibat bermain bersama anak. Selama anak bermain, pendidik: 1) Mengamati setiap anak yang bermain dan memberi penguatan dengan bertanya apa yang dikerjakan anak. 2) Mencontohkan perilaku yang tepat dan bahasa yang benar pada anak. 3) Meningkatkan dan meluaskan kosa kata dan bahasa yang anak gunakan. 4) Menjadi penengah bila ada anak yang berebut mainan dengan mengingatkan pada aturan main. 5) Memperkenankan anak memilih kegiatan main dan memberi pijakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. 6) Mengobservasi dan mendokumentasikan perkembangan dan kemajuan belajar setiap anak Gambar: Pendidik mendampingi anak, mengamati anak, dan siap membantu bila anak kesulitan d. Pijakan Setelah Main 1) Anak-anak senang membantu, oleh karena itu ajak anak membereskan mainan sebagai pengalaman belajar yang positf bagi mereka mengenal konsep pengelompokan, pengurutan (misalnya menata mainan dari tertinggi hingga terendah). 2) Anak dipersilahkan mencuci tangan dan ke toilet. 3) Anak diajak bernyanyi bersama. 4) Pendidik bercerita hari ini sudah main apa saja dan anak-anak menjawab kegiatan yang sudah dimainkannya. Gambar: Pendidik bersama-sama anak mendiskusikan pengalaman main anak 5) Menanyakan perasaan anak setelah bermain dan mengajak bermain kembali esok hari. 6) Mengajak berdoa setelah bermain. 7) Membuat kegiatan transisi sebelum anak-anak pulang, misalnya dengan bermain tebak-tebakan, bernyanyi, atau dengan menyebutkan identitas anak, misalnya, ”Anak perempuan yang mengenakan baju berwarna biru, silakan pulang lebih dahulu”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar