Minggu, 19 Februari 2017

Kelompok 3 (Isi Makalah) Penerapan TIK dalam Pendidikan Jarak Jauh


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Berdasarkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke 4, yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”, yang dijabarkan dalam pasal 31 ayat (1),  “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Ayat (5), “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”, (UUD 1945 Hasil Amandemen).  Pemerintah berupaya untuk melaksanakan amanat UUD 1945 dan UUN No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dengan menerapkan Teknologi Informasi dalam dunia pendidikan agar terselenggara pendidikan yang bermutu  bagi setiap warga negara benar-benar terwujud.
Sebelum era globalisasi, sistem pendidikan di Indonesia hanyalah sistem pendidikan konvesional dengan cara tatap muka, dimana pengajar dan pembelajar berada pada satu ruang dan waktu yang sama. Akibatnya, tidak semua masyarakat di Indonesia dapat menikmati pendidikan dan melanjutkan pendidikan mereka  karena keterbatasan waktu, jarak dan biaya. Hal ini sering kali dirasakan oleh mereka yang tinggal di daerah terpencil, di pedalaman, di pegunungan yang terbatas oleh berbagai hal, seperti transportasi.
Namun, perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mulai berkembang pesat diawal tahun 1980-an. Perkembangan ini didukung pula oleh perkembangan prosesor, perkembangan hardware, dan perkembangan software. Hasil dari perkembangan tersebut, sekarang kita mengenal berbagai jenis jaringan yang mengintegrasikan beberapa buah PC. Contoh jaringan yang sering kita jumpai adalah Local Area Network (LAN), Wide Area Network (WAN), dan Internet. Jaringan internet merupakan teknologi informasi yang mampu menghubungan komputer di seluruh dunia, sehingga memungkinkan informasi dari berbagai jenis dan bentuk informasi dapat dipakai secara bersama-sama. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mempengaruhi segenap bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sehingga proses pembelajaran di Indonesia bukan hanya berlangsung dengan sistem pendidikan konvensional tetapi juga melahirkan sistem pendidikan jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh adalah dimana pengajar dan pembelajar tidak berada dalam waktu dan ruang yang sama karena secara geografis terpisah.
Menurut Munir di dalam bukunya yang berjudul “Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi”, ada 4 hal yang melatarbelakangi diselenggarakannya pembelajaran jarak jauh, yaitu: (1) Untuk mengatasi batasan jarak, waktu, tempat; (2) Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi; (3) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan; (4) Memberikan kesempatan meningkatkan kemampuan tingkat pendidikan. Adapun sasaran dari pendidikan jarak jauh ini adalah (1) Memberikan kesempatan kepada anak bangsa yang belum mengikuti pendidikan yang lebih tinggi, seperti pembelajar yang putus sekolah pada tingkat pendidikan dasar atau pendidikan menengah dan; (2) Memberikan kesempatan kepada para pengajar yang memiliki keterbatasan waktu, tempat pendidikan tinggi yang jauh, atau keterbatasan dana untuk meningkatkan kualitas kemampuan/kompetensinya, seperti berkaitan dengan kemampuan didaktik, metodik dan pedogogik dengan mengikuti pendidikan tinggi.
Sistem pendidikan jarak jauh ini dimaksudkan untuk melayani kebutuhan masyarakat dan mengembangkan serta mendorong terjadinya inovasi berbagai proses pembelajaran dengan berbagai sumber belajar. Selain itu untuk mengatasi kesenjangan antara keterbatasan sumber daya pendidikan dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk memperoleh pendidikan tinggi. Pendidikan jarak jauh ini diharapkan mampu memecahkan masalah tersebut secara memadai dan memberikan kontribusi nyata dalam peningkatan akses dan pemerataan kesempatan pendidikan tinggi di tanah air. Oleh karena itu, penulis akan membahas penerapan TIK khususnya pada Pendidikan Tinggi Jarak Jauh.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.     Bagaimanakah konsep Pendidikan Jarak Jauh?
2.     Bagaimanakah penerapan TIK dalam Pendidikan Tinggi Jarak Jauh?

C.    Tujuan
Adapun tujuan penelitian dalam makalah ini adalah:
1.     Memahami konsep Pendidikan Jarak Jauh
2.     Mengetahui penerapan TIK dalam Pendidikan Tinggi Jarak Jauh



BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Pembelajaran Jarak Jauh
1.     Sejarah Pembelajaran Jarak Jauh Di Indonesia
Di Indonesia pembelajaran jarak jauh (distance learing) merupakan bagian dari pendidikan jarak jauh (distance education) tercantum di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Rumusannya termaktub dalam BAB VI Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan tentang pendidikan jarak jauh pasal 31 pada bagian ke sepuluh yang berbunyi:
1.     Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis kependidikan.
2.     Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.
3.     Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standard nasional pendidikan.
4.     Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Diselenggarakannya pendidikan jarak jauh sebagai upaya pemerintah dalam membenahi sistem pendidikan yang tepat, terencana, simultan, dan optimal dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Di Indonesia sebetulnya sistem pembelajaran jarak jauh sudah lama ada, yaitu sejak awal kemerdekaan yang tujuannya untuk mengisi kekosongan tenaga yang diperlukan untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Dimulai pada tahun 1950 hingga sekarang. Pada tahun 1979 diselenggarakan perintisan SMP Terbuka pada 5 lokasi yaitu di Lampung Selatan, Cirebon, Tegal, Jember, dan Lombok Barat. Pembelajaran jarak jauh diselenggarakan pula pada pendidikan tinggi. Pendidikan jarak jauh pada jenjang perguruan tinggi di Indonesia dimulai pada tahun 1984 dengan dibukanya Universitas Terbuka di Jakarta.

2.     Konsep Pendidikan Jarak Jauh
Pembelajaran jarak jauh bukanlah sesuatu yang baru di dunia pendidikan. Proses pembelajarannya biasanya dilakukan dengan mengirimkan berbagai materi pembelajaran dan informasi dalam bentuk cetakan, buku, CD-ROM, atau video langsung ke alamat pembelajar. Selain itu yang dikirimkan secara langsung ke pembelajar adalah urusan administrasi pembelajaran dan manajemen pembelajaran.
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran antara lain dengan:
1.     Pengajar dan pembelajar mampu mengakses pada teknologi informasi dan komunikasi.
2.     Pengajar memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, karena pengajar berperan sebagai pembelajar yang harus belajar terus menerus sepanjang hayat. Tujuannya untuk meningkatkan profesional dan kompetensinya.
3.     Tersedia materi pembelajaran yang berkualitas dan bermakna (meaningful).
Pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi berlangsung bukan hanya terjadi di satu tempat seperti di sekolah atau perguruan
tinggi, melainkan dapat dilakukan di banyak tempat yang berbeda. Pembelajaran
pun tidak hanya terdiri dari satu orang saja, melainkan banyak melibatkan orang.
Setiap pembelajar dapat belajar pada tempat dan waktu yang berbeda-beda. Cara
belajar dari pembelajar yang tidak terbatas dengan waktu dan tempat itulah yang
disebut dengan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Untuk
itulah lahirlah model-model pembelajaran seperti computer based learning yang memunculkan pembelajaran jarak jauh.

3.     Karakteristik Pembelajaran Jarak Jauh
Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran jarak jauh antara lain:
1.     Program disusun disesuaikan dengan jenjang, jenis, dan sifat pendidikan.Waktu yang digunakannya pun sesuai dengan sesuai program tersebut.
2.     Dalam proses pembelajaran tidak ada pertemuan langsung secara tatap muka antara pengajar dan pembelajar, sehingga tidak ada kontak langsung antara pengajar dengan pembelajar.
3.     Pembelajar dan pengajar terpisah sepanjang proses pembelajaran itu karena tidak ada tatap muka seperti halnya dalam pembelajaran konvensional, sehingga pembelajar harus dapat belajar secara mandiri.
4.     Adanya lembaga pendidikan yang mengatur pembelajar untuk belajar
mandiri. Pendidikan jarak jauh adalah sistem pendidikan yang menekankan pada cara belajar mandiri (self study). Untuk itu, cara
belajar mandiri pembelajar perlu dikelola secara sistematis. Penyajian
materi pembelajaran, pemberian bimbingan kepada pembelajar, dan
pengawasan serta jaminan keberhasilan pembelajar dilakukan oleh pengajar.
5.     Lembaga pendidikan merancang dan menyiapkan materi pembelajaran,
serta memberikan pelayanan bantuan belajar kepada pembelajar.
6.      Materi pembelajaran disampaikan melalui media pembelajaran, seperti komputer dengan internetnya atau dengan program e-learning.
7.     Melalui media pembelajaran tersebut, akan terjadi komunikasi dua arah (interaktif ) antara pembelajar dengan pengajar, pembelajar dengan pembelajar lain, atau pembelajar dengan lembaga penyelenggara pembelajaran jarak jauh. Inisiatif untuk berkomunikasi datang dari pembelajar atau dari pengajar.
8.     Tidak ada kelompok belajar yang bersifat tetap sepanjang masa belajarnya.
9.     Paradigma baru yang terjadi dalam pembelajaran jarak jauh adalah
peran pengajar yang lebih bersifat fasilitator yang memberikan bantuan atau kemudahan kepada pembelajar untuk belajar, dan pembelajar sebagai peserta dalam proses pembelajaran. Karena itu, pengajar dituntut untuk menciptakan teknik mengajar yang baik, menyajikan materi pembelajaran yang menarik, sementara pembelajar dituntut untuk aktif berpartisipasi dalam proses belajar.
10.  Pembelajar dituntut aktif, interaktif, dan partisipatif dalam proses belajar, karena sistem belajarnya secara mandiri yang sedikit sekali mendapatkan bantuan dari pengajar atau pihak lainnya. Pembelajar yang kurang aktif akan lebih mudah gagal dalam proses belajarnya.
11.  Sumber belajar adalah bahan-bahan yang dikembangkan secara sengaja sesuai kebutuhan dengan tetap berdasarkan kurikulum.
12.  Interaksi pembelajaran bisa dilaksanakan secara langsung jika ada suatu pertemuan. Bisa pula secara tidak langsung dengan bantuan tutor dalam forum tutorial atau pengajar.

4.     Penerapan TIK dalam Pembelajaran Jarak Jauh
Pengertian TIK menurut  kamus Oxford dituliskan bahwa teknologi informasi dan komunikasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata, bilangan, dan gambar.
Peranan teknologi informasi dan komunikasi adalah: (1) Menggantikan peran manusia, yaitu dengan melakukan kegiatan otomasi suatu tugas atau proses; (2) Memperkuat peran manusia yaitu menyajikan informasi, tugas, atau
proses: (3) Melakukan restrukturisasi atau melakukan perubahan-perubahan terhadap suatu tugas atau proses.
Beberapa peran teknologi informasi dan komunikasi yang dapat memfasilitasi pembelajaran jarak jauh adalah:
1.     Asynchronous discussion. Pada pembelajaran online, para pembelajar dapat menggunakan waktu disesuaikan dengan kebutuhannya masing-masing di dalam merefleksikan, berdiskusi dan memberikan komentarnya. Kondisi ini dapat meningkatkan kualitas diskusi dan merubah psikologi dan sosiologi komunikasi. Selain itu dapat mengembangkan strategi yang berbeda di dalam pemecahan masalah diantara para pembelajar.
2.     Instructur control of online conference and roles. Dengan konferensi online, pengajar dapat mengendalikan keanggotaan setiap pembelajarnya,
peran pembelajar, dan memungkinkan memantau pelaksanan diskusi. Beberapa kelompok dapat pula mengembangkan online sendiri di dalam berdiskusi lebih lanjut ataupun di dalam berdiskusi dalam melaksanakan tugas, sehingga dapat memfasilitasi suatu team work.
3.     Questions and answer communication protocol: Pengajar dapat melontarkan pertanyaan selama diskusi berlangsung. Pengajar dapat mengendalikan siapa yang sudah menemukan jawabannya dengan mencegah pembelajar lainnya untuk dapat mencontek, sampai mereka sendiri benar-benar menemukan jawabannya.
4.     Anonymity and pen name signatures. Ketika pembelajar bekerja menjadi
bagian dari diskusi yang sedang berlangsung, mereka dapat memanfaatkan pengalaman kehidupan nyata di dunia kerjanya untuk memberikan illustrasi atas pemahaman konsep yang diajarkan oleh pengajar. Misalnya, berupa komentar yang dapat memberikan makna yang lebih kepada pembelajar yang sedang belajar melengkapi apa yang diajarkan oleh pengajar. Selain itu, memungkinkan juga adanya nama samaran sehingga seseorang mampu mengembangkan personalnya tanpa diketahui identitas sebenarnya, dan secara ekstrim sangat berguna di dalam pembelajaran yang mengharapkan adanya permainan peran seperti metode pembelajaran kolaboratif.
5.     Membership status lists. Pemantauan aktivitas seperti membaca dan memberikan respon di dalam komunikasi, memungkinkan pengajar mengetahui apa yang masing-masing pembelajar telah baca dan seberapa up-to-date setiap di dalam forum diskusi. Hal ini memungkinkan pengajar mendeteksi apabila terjadi ada pembelajar yang tertinggal pelajarannya. Kelompok pembelajar kolaboratif dapat mengusahakan setiap orang di dalam tim up-to-date. Setiap pembelajar dapat dengan mudah membandingkan frekuensi dan kontribusi relatifnya bagi pembelajar lainnya di dalam pembelajaran.
6.     Voting. Akses yang mudah di dalam kelompok ataupun individual untuk memberikan pendapatnya dapat pula dalam bentuk voting. Voting tidak hanya digunakan ketika membuat keputusan, lebih kepada fungsinya untuk mengeksplor (menggali) dan menemukan yang disepakati dan apa yang tidak disepakati atau ketidakpastian, sehingga kelas dapat secara fokus melanjutkan diskusi. Dimungkinkan pula pembelajar merubah pendapatnya kapan saja selama diskusi berlangsung.
7.     Special purpose scaling methods. Metode yang berguna ini dapat menunjukkan kesepakatan kelompok yang sesungguhnya dan meminimalkan ambiguisitas. Ada suatu sistem yang memungkinkan setiap pembelajar pada akhir pembelajarannya mengungkapkan apa yang mereka pikirkan paling penting dari apa yang sudah dipelajarinya.
8.     Information overload. Hal ini dapat terjadi jika antusiasme pembelajar
di dalam diskusi sangat tinggi, dengan banyaknya pembelajar saling
memberikan komentar, sehingga terjadi kelebihan informasi. Masalah
ini dapat diatasi dengan membatasi ukuran kelompok yang dapat ditangani oleh media teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan.

B.    Pendidikan Tinggi Jarak Jauh
1.     Bahan Ajar Dalam Pendidikan Tinggi Jarak Jauh
a.     Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Tinggi Jarak Jauh
Dalam konteks pendidikan tinggi jarak jauh (PTJJ) seperti Universitas Terbuka (UT), bahan ajar menempati posisi strategis yang sangat vital. Pembelajaran mahasiswa dijembatani oleh bahan ajar baik cetak maupun non cetak.
Mengingat kompleksitasnya, pengembangan bahan ajar PTJJ pada umumnya dilakukan oleh satu tim bahan ajar yag terdiri dari lima unsur dengan tugas yang berlainan, yaitu: 1. Ahli materi yang menulis dan menelaah substensi materi, 2. Spesialis media yang memproduksi media yang mendukung atau melengkapi bahan ajar cetak seperti audio, video, pembelajaran berbantuan komputer (PBK), 3. Ahli teknologi pendidikan yang membantu penataan struktur isi, klasifikasi tujuan, seleksi media, aktivitas siswa, dan evaluasi, 4. Editor yang menyunting teks, dan 5. Manejer pengembangan mata kuliah yang menjaga proses pengembangan dan produksi bahan ajar berjalan seperti yang diharapkan.
Mengingat misi strategis yang diembannya, bahan ajar PTJJ seyogyanya memiliki sekurang-kurangnya dua karakteristik, yaitu lengkap dan membelajarkan diri pembelajar. Karakteristik lengkap mengharuskan suatu bahan ajar PTJJ menyediakan segenap materi bahan ajar yang perlu dikuasai mahasiswa dan memungkinkannya untuk mancapai tujuan dan kompetensi suatu mata pelajaran. Sementara itu, karakteristik membelajarkan diri mahasiswa, menuntut bahan ajar PTJJ agar dapat merangsang dan mendukung terbentuknya pengalaman belajar mahasiswa yang berkualitas secara mandiri serta proses belajar yang dilakukannya.
Secara umum mahasiswa PTJJ, mahasiswa UT pun sangat heterogen. Maka tak kalah pentingnya dipahami oleh penulis adalah kultur dan kemampuan belajar umumnya mahasiswa, dan yang juga harus diperhatikan oleh penulis dalam mengembangkan bahan ajar adalah untuk peruntukan jenjang program. Untuk mahasiswa jenjang program apa bahan ajar ditulis, karena terkait dengan kedalaman dan keluwesan dari bahan ajar tersebut.
Ada empat cara yang dapat ditempuh untuk mengembangkan bahan ajar PTJJ, yaitu: 1) mengkompilasi berbagai bahan yang telah tersedia, 2)  menggunakan satu atau beberapa buku teks yang telah tersedia dipasaran, 3) menggunakan buku teks dan atau referensi lain yang telah tersedia dipasaran tetapi isi buku itu diolah ulang, dan 4)  mengembangkan sendiri bahan ajar yang untuk mahasiswa PTJJ.

b.     Pengembangan Bahan Ajar Multimedia
Setiap komponen media merangsang satu atau lebih indera manusia. Teori Kroehnert mengatakan bahwa semakin banyak indera yang terlibat dalam proses belajar, maka proses belajar tersebut akan lebih efektif. Secara tegas teori ini menyarankan penggunaan lebih dari satu indera manusia.Oleh karena itu pemanfaatan multimedia dalam proses pembelajaran dapat diharapkan meningkatkan hasil belajar. Terdapat beberapa aspek dalam mengembangkan multimedia, aspek-aspek yang telah dikemukakan Bates berikut ini perlu diperhatikan:a) aksesibilitas media, b) biaya, c) efektivitas dalam pembelajaran, d) interaktivitas, e) pendekatan dalam pengembangan. Peralatan minimal untuk pengembangan bahan ajar multimedia adalah sebuah komputer multimedia seperti, sebagai berikut:
a.    Perangkat keras tambahan, seperti kamera digital, kamera video, dan scanner.
b.   Perangkat lunak, seperti perangkat lunak pengolah gambar, perangkat lunak pengolah suara,perangkat lunak pengolah animasi, pengolah data video, pengkonversi data digital, perangkat lunak pengintegrasi komponen bahan ajar.
Hal pertama yang dilakukan dalam pengembangan bahan ajar multimedia adalah pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh tim. Dengan asumsi bahwa bahan ajar ajar atau naskah bahan ajar yang akan dikembangkan telah siap, maka tim pengembang bertemu untuk menyusun rencana bahan ajar multimedia yang akan dikembangkan. Tahap ini adalah tahap di mana menentukan media pada tiap-tiap bagian dari bahan ajar.
Setelah penentuan media dari tiap-tiap bahan ajar yang perlu dilakukan selanjutnya oleh tim adalah menentukan bagaimana media akan dipakai secara rinci atau apakah yang akan disampaikan melalui media-media yang telah diidentifikasi. Akhir dari tahapan perencanaan ini adalah dokumen rencana pengembangan bahan ajar multimedia yang akan menjadi bahan acuan bagi tiap-tiap anggota tim dalam mengerjakan bagian-bagian yang menjadi tanggung jawabnya.
Sebelum bahan ajar multimedia didistribusikan, dilakukan uji coba dan evaluasi oleh tim. Setelah dinyatakan lulus oleh tim, bahan ajar multimedia dievaluasi oleh pihak di luar tim.

c.    Pengembangan Dan Pemanfaatan Bahan Ajar Suplemen Dalam Pendidikan  Tinggi Jarak Jauh
Salah satu karakteristik penting dari penyelenggaraan pendidikan jarak jauh (PJJ) adalah terpisahnya secara fisik antara individu yang belajar dengan sumber yang belajar. Dalam sistem ini, peran bahan ajar menjadi sangat vital karena bahan ajar tersebut memuat materi ajar yang harus dipelajari oleh siswa untuk mencapai kompetensi yang diinginkan.
Jenis bahan ajar yang digunakan dalam penyelenggaraan SPJJ pada umumnya dapat dapat digolongkan menjadi bahan ajar utama dan bahan ajar suplemen. Bahan ajar utama adalah bahan ajar yang dijadikan sebagai acuan utama untuk mempelajari isi atau materi pelajaran. Sedangkan isi bahan ajar suplemen adalah materi ajar yang digunakan untuk menambah wawasan dan pemahaman siswa dalam mempelajari materi ajar yang yang terdapat dalam bahan ajar utama.
Jenis bahan ajar yang dapat digunakan sebagai suplemen untuk mempelajari bahan ajar utama yang digunakan dalam PJJ, yaitu: a) bahan ajar cetak, b) bahan ajar radio/audio, c) bahan ajar video/televisi, d) bahan ajar laboratorium dan kid, e) pembelajaran berbasis komputer. Bahan ajar suplemen yang digunakan dalam PJJ pada umumnya mempunyai beberapa fungsi, yaitu: 1) memperluas wawasan pengetahuan siswa, 2)  memberi contoh aplikasi konkrit, 3) sebagai sarana latihan dan praktek, 4) membantu sisiwa mempelajari konsep-konsep yang sulit.
Untuk membuat bahan ajar suplemen dalam PJJ, pada dasarnya diperlukan beberapa tahap kegiatan, yaitu: a) penilaian kebutuhan belajar siswa, b) menentukan tujuan utama pembuatan bahan ajar suplemen, c) penentuan jenis bahan ajar, d) menentukan tujuan instruksional, e) menentukan startegi pembelajaran, f) menulis bahan ajar suplemen, g) evaluasi bahan ajar suplemen, h) revisi dan implementasi.
Agar bahan ajar suplemen dapat dimanfaatkan secara optimal dalam penyelenggaraan PJJ, pengembangan dan produksinya perlu melibatkan sejumlah personel yaitu, penulis bahan ajar, perancang instruksional, serta ahli materi. Ketiganya melakukan kolaborasi untuk menghasilkan bahan ajar yang dapat membantu aktivitas belajar siswa yang mengikuti program PJJ.
  
d.   Media Kaset Audio Interaktif Dalam Sistem Pendidikan Jarak Jauh
Pada umumnya, lembaga penyelenggara SPJJ menyediakan media bantu yang beragam yang dikemas dalam bentuk bahan non cetak seperti, audio dan video, bahkan program komputer. Implementasi bentuk-bentuk interaksi dari program radio dan kaset audio interaktif dalam pembelajaran melalui SPJJ bervariasi. Hingga saat ini, program radio dan kaset audio interaktif yang dikembangkan Universitas Terbuka (UT) menerapkan beberapa bentuk interaksi pada program-program radio dan kaset audio, terutama bentuk interaksi langsung pada saat siaran program radio atau kaset audio berlangsung. Hal ini diharapkan dapat memberikan iklim keakraban pada saat para mahasiswa melakukan proses belajar mandiri dengan para tutor atau pembimbing mereka.
Ada dua teknik penyajian materi dalam program audio interaktif yaitu penyajian tertutup dan terbuka. Pada bentuk penyajian tertutup. Pada bentuk penyajian tertutup, para pendengar diharapkan memberikan satu respon atau jawaban yang benar, sedangkan pada penyajian terbuka pendengar diharapkan memberi respon atau jawaban lebuh dari satu yang semuanya bisa benar.

2.     Lingkungan Belajar Pendidikan Tinggi Jarak Jauh
Penggunaan jaringan elektronik untuk interaksi belajar semakin berkembang pesat. Jaringan internet memungkinkan berbagai bentuk interaksi dan pertukaran informasi/pengetahuan antarindividu yang terpisahkan oleh jarak atau waktu. Inilah yang telah dan masih dimanfaatkan oleh pengguna dari kalangan pendidik untuk dapat berinterkasi dan bertukar informasi/ pengetahuan dengan peserta didik yang terpisah oleh jarak/waktu. Berikut ini adalah lingkungan belajar yang mendukung pendidikan tinggi jarak jauh, yaitu:

a.     Jaringan Belajar
Berdasarkan buku yang berjudul “Pendidikan Tinggi Jarak Jauh” Winataputra, Sugilar, dan Hardhono menjelaskan bagaimana membangun jaringan belajar. Belajar memiliki arti sebagai proses psikologis yang terjadi dalam individu dan mempunyai dimensi sosial, karena melakukan interaksi timbal balik antara aspek-aspek personal dengan lingkungan. Namun, belajar dalam masyarakat semakin lama semakin kompleks karena perkembangan dari ilmu, teknologi dan seni. Manusia tidak lagi hanya belajar secara langsung dari manusia lain tetapi belajar dengan berbagai cara dari berbagai produk ilmu, teknologi, dan seni.
Konsep dan paradigma belajar pun berkembang pesat, tidak lagi terbatas pada interaksi personal dan sosial tatap muka, karena setelah ditemukannya berbagai perangkat keras dan lunak dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi, kendala ruang dan waktu pun sudah dapat diatasi. Sehingga konsep belajar jarak jauh ini merupakan alternatif belajar yang sangat menjanjikan sebagai wahaya pemberdayaan dan pembudayaan manusia.
Oleh karena itu, jaringan belajar merupakan salah satu alternatif belajar yang kini mulai banyak dikembangkan. Menurut Levin, lima komponen belajar (struktur, proses, mediasi, pengembangan komunitas belajar, dan dukungan institusi) merupakan faktor yang menetukan berhasil-tidaknya suatu kegiatan jaringan belajar berbasis internet. Sistem jaringan belajar yang dinamakan SatEX (http://www.ed.uiuc.edu/courses/SATEX).

b.     Perpustakaan
Wahyono mengatakan bahwa untuk mendukung kegiatan di lapangan, UT didesain menjadi sebuah perguruan tinggi dengan mata rantai jaringan yang meliputi seluruh perguruan tinggi negeri di Indonesia. Dengan jaringan ini, UT dapat memanfaatkan fasilitas yang  dimiliki perguruan tinggi, baik fasilitas sumber daya manusia (materi bahan ajar, tutorial, fasilitas pengelolaan UPBJJ memanfaatkan tenaga ahli yang dimiliki oleh perguruan tinggi negeri), maupun fasilitas perpustakaan (perpustakaan dimanfaatkan untuk memberikan layanan perpustakaan kepada mahasiswa UT). UT bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional dan jajarannya di 26 Provinsi untuk memberikan pelayanan bahan pustakan kepada mahasiswa. Namun, perpustakaan UT tidak mungkin mengembangkan perpustakaan dengan model konvensional, sehingga UT mengembangkan perpustakanan elektronik atau perpustakaan digital. Tahun 2002 UT perpustakaan UT bergabung dalam Indonesian Digital Library Network (IDLN), sehingga akses mahasiswa terhadap sumber informasi menjadi semakin luas. Selain itu suplemen bahan ajar dapat diperoleh secara gratis melalui internet dengan alamat www.ut.ac.id. Jenis layanan yang diberikan secara jarak jauh meliputi layanan bibliografi, layanan referensi, layanan penelusuran, dan layanan fotokopi, serta melayani pemesanan buku online dan perpanjangan peminjaman buku secara online khusus untuk staf UT.

c.      Pembinaan Kelompok Belajar
Menurut Irma Adnan, kelompok belajar mempunyai peranan penting dalam meningkatkan prestasi akademik mahasiswa. Tujuan dari pembentukan kelompok belajar adalah sebagai berikut:
a.      Menciptakan sarana komunikasi dan sosialisasi antar mahasiswa
b.     Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa
c.      Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mahasiswa
d.     Menumbukan rasa kebersamaan
Pembinaan kelompok belajar dimaksudkan agar keberadaanya dapat dipertahankan dan kelompok belajar dapat berfungsi lebih baik lagi. Pembinaan kelompok belajar dilakukan dengan cara sosialisasi program-program kemahasiswaan dan pengarahan-pengarahan kepada kelompok belajar, memberikan informasi kepada kelompok belajar melalui suatu jaringan, baik secara tertulis maupun secara elekronik, serta mendorong dan membantu pembentukan perpustakaan kecil yang menyediakan buku-buku bacaan wajib yang harus dibaca mahasiswa.

d.     Peran Forum Kerja Sama Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Mendukung Program Pendidikan Tinggi Jarak Jauh
Mahfut Aslam mengatakan bahwa UT perlu meningkatkan mutu pendidikannya dengan cara melengkapi fasilitas koleksi dan layanan peprustakaan yang memadai untuk mununjang kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat yang selama ini dirasakan masih kurang.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di UT adalah menjalin kerja sama antara UT dengan Forum Kerja Sama Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri (FKP2TN) yang sudah dilakukan selama ini.
Adapun tujuan dibentuknya FKP2TN adalah: (1) Meningkatkan  pemenuhan kebutuhan informasi pengguna perpustakaan anggota; (2) Meningkatkan pemanfaatan koleksi perpustakaan anggota; (3) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia peepustakaan anggota: (4) Meningkatkan pemasukan pendapatan perpustakaan anggota; (5) Sebagai “kelompok mitra pendamping” pemerintah. Fasilitas dan layanan perpustakanan anggota FKP2TN adalah koleksi buku teks, koleksi rujukan, jurnal/majalah ilmiah dan karya ilmiah dosen/mahasiswa yang kesemuanya dalam bentuk cetak. Ada juga jurnal teks lengkap online, jurnal elektronik, koleksi audio, multimedia dan hiburan.
Sangat besar peranan FKP2TN dalam mendukung program pendidikan jarak jauh di UT, yaitu meningkatkan kualitas pendidikan dan meningkatkan pemasukan dana bagi UT melalui biaya Kartu Sakti sebesar Rp 5.000 (Kartu Sakti adalah kartu anggota perpustakaan yang dikeluarkan oleh FKP2TN yang dapat digunakan untuk akses ke semua perpustakaan PTN yang digabungkan dalam FKP2TN).

3.     Dampak Pembelajaran Pendidikan Tinggi Jarak Jauh
a.   Evaluasi Hasil Belajar di Universitas Terbuka
Evaluasi hasil belajar merupakan komponen penting dalam kegiatan mengajar dan belajar. Tanpa evaluasi hasil belajar kemajuan dan keberhasilan belajar mahasiswa, sulit untuk diukur. Peran evaluasi hasil belajar semakin menonjol dalam sistem Pendidikan Tinggi Jarak Jauh (PTJJ) karena interaksi fisik antara pengajar dan mahasiswa sangat kurang dibandingkan dengan interaksi antara mahasiswa sangat kurang dibandingkan dalam sistem pendidikan konvensional.
Jenis-jenis evaluasi hasil belajar dalam dunia pendidikan dilaksanakan pada sektor pendidikan formal umumnya di kelompokkan menjadi dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Alat ukur yang akan digunakan dalam kegiatan evaluasi hasil belajar harus dikembangkan melalui pengembangan soal ujian yang berkualitas, yaitu dengan melakukan penganalisisan kompetensi, pengembangan kisi-kisi, dan pengembangan soal secara benar. Saat ini dikenal dua macam tes yang umum dilaksanakan, yaitu ujian tulis dan ujian berbantuan komputer atau online testing.
Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam evaluasi hasil belajar mahasiswa. Fungsi penilaian pada dasarnya ada tiga, yaitu untuk mengukur keberhasilan belajar mahasiswa, mengevaluasi efektivitas mengajar dosen, dan memberikan umpan balik kepada mahasiswa. Laporan nilai per semester di UT diberikan dalam bentuk Daftar Nilai Ujian (DNU). Sedangkan laporan nilai keseluruhan selama mahasiswa belum lulus disebut Laporan Kemajuan Akademik Mahasiswa (LKAM).
  
b.   Dampak Inovasi Tutorial Elektronik terhadap Peran Tutor pada Pendidikan Tinggi jarak Jauh
Perkembangan dan perubahan yang terjadi terus-menerus dalam berbagai aspek kehidupan menuntut berbagai perubahan pada perguruan tinggi. Pendidikan jarak jauh, yang semula dianggap suatu bentuk inovasi dalam bidang pendidikan, tidak terelakan pula harus menghadapi perubahan yang terjadi dengan munculnya berbagai inovasi baru. Proses pengajaran pada pendidikan jarak jauh membutuhkan keterampilan mengajar yang berbeda dengan pengajaran pada pendidikan tatap muka. Pendidkan jarak jauh, pengajaran atau staf akademik mempunyai fungsi sebagai ahli materi atau penulis materi ajar, orang yang menyiapkan materi belajar dan mempresentasikannya melalui berbagai media, dan sebagai fasilitator.
Berbagai pelatihan yang diadakan UT untuk staf akademik di UT menunjukkan bahwa UT sebagai institusi pendidikan jarak jauh berusaha membekali stafnya dengan berbagai keterampilan yang dibutuhkan. Tutorial elektronik di UT dibedakan menjadi tutorial berbantuan media audio-video seperti radio atau televisi dan tutorial berbantuan komputer. Tutorial berbantuan komputer pun dibedakan menjadi pembelajaran berbantuan komputer dan internet. Belajar-e merupakan bentuk inovasi media pada pendidikan tinggi jarak jauh. Penerapan belajar-e dalam proses pembelajaran di UT dikenal dengan nama tutorial elektronik atau turorial on-line. Penerapan tutorial elektronik masih dalam taraf pengembangan yang merupakan suatu bentuk perubahan pendidikan.

c.    Dampak Sistem Pendidikan Tinggi Jarak Jauh terhadap Pengembangan Mahasiswa dan Lulusannya
Dalam mengikuti segala kegiatan belajar di PTJJ, mahasiswa harus bergantung kepada inisiatif, kemauan dan kemampuan untuk belajar mandiri yang tinggi. Tanpa itu, akan sangat berat bagi mahasiswa untuk dapat melewati jenjang yang ada di PTJJ. Karena itu, mahasiswa PTJJ harus melakukan penilaian atas kemajuan belajar masing-masing. Seperti yang dituntut pada bahan ajar tertulis, setelah melakukan kegiatan belajar tertentu, mahasiwa harus menjawab tes formatif. Hasil tes ini merupakan indikator keberhasilan mahasiswa dalam mempelajari kegiatan belajar tersebut.
Oleh karena itu, dampak PTJJ pada mahasiswanya adalah PTJJ melatih mahasiswa nya untuk mampu memunculkan motivasi dalam belajar secara mandiri. Pada umumnya mahasiswa PTTJ didominasi oleh orang dewasa secara usia dan untuk orang yang sudah bekerja. sehingga mereka tidak harus selalu bertatap muka dengan dosen, seperti di PT tatap muka. Orang-orang yang sudah bekerja pun dapat mengikuti kegiatan belajar-mengajar seperti di PT tatap muka. PTJJ merupakan alternatif bagi yang tidak memiliki waktu belajar sudah tentu yang dapat digunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan formal. Mereka yang termasuk pada kategori ini adalah para pekerja, dan pendidik yang ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Tampaknya masih muncul keraguan tentang mutu lulusan PTJJ, padahal waktu yang digunakan oleh mahasiswa untuk belajar tidaklah berbeda banyak. Perbedaan yang signifikan tampak pada lamanya waktu menyelesaikan studi.


BAB III
PENUTUP

     A. Kesimpulan

Penerapan teknologi infotmasi dan komunikasi dalam pendidikan jarak jauh merupakan pengetahuan terkini yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternative dalam melaksanakan proses belajar mengajar terutama di lingkungan pendidikan tinggi. Melalui tekhnologi ini dapat dijadikan sebagai motivasi belajar sekaligus perantara yang dpat digunakan dalam proses belajar. Segala keterbatasan dalam proses penerapannya masih memerlukan pantauan agar proses penggunaan TIK jarak jauh ini dapat memberikan kontribusi pembelajaran yang tepat sasarn dan sesuai dengan fungsi dari tekhnologi tersebut, serta memiliki nilai etika yang dapat dipertanggung jawabkan secara moral dalam proses penggunaannya. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mempengaruhi bidang pendidikan, sehingga proses pembelajaran di Indonesia bukan hanya berlangsung dengan sistem pendidikan konvensional tetapi juga melahirkan sistem pendidikan jarak jauh. Manfaat dari pendidikan jarak jauh ini adalah untuk mengatasi batasan jarak dan waktu, pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan serta memberikan kesempatan meningkatkan kemampuan tingkat pendidikan.

     B. Saran
Dewasa ini teknologi dan ilmu pengetahuan telah berkembang pesat. Indonesia sebaiknya segera mengembangkan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) ini secepatnya, daripada lembaga asing yang menyelenggarakannya, mengingat dampak positif yang dirasakan bagi masyarakat Indonesia dari PJJ ini.
Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak orang yang menggunakan teknologi dan pengetahuan secara menyimpang maka hal ini yang menyebabkan bencana pada manusia itu sendiri. Dengan didukung oleh teknologi yang modern dan perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat seharusnya manusia memanfaatkan hal tersebut sebaik mungkin dan dapat berpikir kreatif agar memperoleh sesuatu yang diharapkan. Penerapan TIK jarak jauh merupakan imbas dari berkembangnya tekhnologi, oleh sebab itu penggunaan tekhnologi secara bijak oleh berbagai unsur pendidikan tetap diperlukan.



DAFTAR PUSTAKA

Ashandimitra, dkk. 2004. Pendidikan Tinggi Jarak Jauh. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Lies Sudibyo. 2011. Peranan dan Dampak Teknologi Informasi dalam Dunia Pendidikan di Indonesia. [Online].  Jurnal Widyatama No. 2/ Volume 20. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=268282&val=7107&title=Peranan%20dan%20Dampak%20Teknologi%20Informasi%20%20dalam%20Dunia%20Pendidikan%20di%20Indonesia. Diakses pada tanggal 10 Februari 2017 pukul 13:55.

Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia.Jakarta: Bumi Aksara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar