BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Berdasarkan tujuan nasional
bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke 4, yaitu
“mencerdaskan kehidupan bangsa”, yang dijabarkan dalam pasal 31 ayat (1), “Setiap
warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Ayat (5), “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia”, (UUD 1945 Hasil Amandemen). Pemerintah berupaya untuk melaksanakan amanat
UUD 1945 dan UUN No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dengan
menerapkan Teknologi Informasi dalam dunia pendidikan agar terselenggara
pendidikan yang bermutu bagi setiap
warga negara benar-benar terwujud.
Sebelum
era globalisasi, sistem pendidikan di Indonesia hanyalah sistem pendidikan
konvesional dengan cara tatap muka, dimana pengajar dan pembelajar berada pada
satu ruang dan waktu yang sama. Akibatnya, tidak semua masyarakat di Indonesia
dapat menikmati pendidikan dan melanjutkan pendidikan mereka karena keterbatasan waktu, jarak dan biaya.
Hal ini sering kali dirasakan oleh mereka yang tinggal di daerah terpencil, di
pedalaman, di pegunungan yang terbatas oleh berbagai hal, seperti transportasi.
Namun,
perkembangan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) mulai berkembang pesat diawal tahun 1980-an. Perkembangan
ini didukung pula oleh perkembangan prosesor, perkembangan hardware, dan
perkembangan software. Hasil dari perkembangan tersebut, sekarang kita mengenal
berbagai jenis jaringan yang mengintegrasikan beberapa buah PC. Contoh jaringan
yang sering kita jumpai adalah Local Area Network (LAN), Wide Area Network
(WAN), dan Internet. Jaringan internet merupakan teknologi informasi yang mampu
menghubungan komputer di seluruh dunia, sehingga memungkinkan informasi dari berbagai
jenis dan bentuk informasi dapat dipakai secara bersama-sama. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mempengaruhi
segenap bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sehingga proses
pembelajaran di Indonesia bukan hanya berlangsung dengan sistem pendidikan
konvensional tetapi juga melahirkan sistem pendidikan jarak jauh. Pembelajaran
jarak jauh adalah dimana pengajar dan pembelajar tidak berada dalam waktu dan ruang yang sama
karena secara geografis terpisah.
Menurut Munir di dalam bukunya
yang berjudul “Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi
dan Komunikasi”, ada 4 hal
yang melatarbelakangi diselenggarakannya pembelajaran jarak jauh, yaitu: (1) Untuk mengatasi batasan jarak, waktu, tempat; (2) Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi; (3)
Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan; (4) Memberikan kesempatan
meningkatkan kemampuan tingkat pendidikan. Adapun sasaran dari
pendidikan jarak jauh ini adalah (1) Memberikan kesempatan kepada anak bangsa yang belum
mengikuti pendidikan yang lebih tinggi, seperti pembelajar yang putus sekolah
pada tingkat pendidikan dasar atau pendidikan menengah dan; (2) Memberikan
kesempatan kepada para pengajar yang memiliki keterbatasan waktu, tempat
pendidikan tinggi yang jauh, atau keterbatasan dana untuk meningkatkan kualitas
kemampuan/kompetensinya, seperti berkaitan dengan kemampuan didaktik, metodik
dan pedogogik dengan mengikuti pendidikan tinggi.
Sistem pendidikan
jarak jauh ini dimaksudkan untuk melayani kebutuhan masyarakat dan
mengembangkan serta mendorong terjadinya inovasi berbagai proses pembelajaran
dengan berbagai sumber belajar. Selain itu untuk mengatasi kesenjangan antara
keterbatasan sumber daya pendidikan dengan semakin meningkatnya kebutuhan
masyarakat untuk memperoleh pendidikan tinggi. Pendidikan jarak jauh ini
diharapkan mampu memecahkan masalah tersebut secara memadai dan memberikan
kontribusi nyata dalam peningkatan akses dan pemerataan kesempatan pendidikan
tinggi di tanah air. Oleh karena itu, penulis akan membahas penerapan TIK
khususnya pada Pendidikan Tinggi Jarak Jauh.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah konsep Pendidikan
Jarak Jauh?
2. Bagaimanakah penerapan TIK dalam
Pendidikan Tinggi Jarak Jauh?
C. Tujuan
Adapun tujuan penelitian dalam makalah ini adalah:
1. Memahami konsep Pendidikan Jarak
Jauh
2. Mengetahui penerapan TIK dalam
Pendidikan Tinggi Jarak Jauh
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Jarak Jauh
1. Sejarah Pembelajaran Jarak Jauh Di
Indonesia
Di Indonesia pembelajaran
jarak jauh (distance learing) merupakan bagian dari pendidikan jarak
jauh (distance education) tercantum di dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Rumusannya
termaktub dalam BAB VI Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan tentang pendidikan
jarak jauh pasal 31 pada bagian ke sepuluh yang berbunyi:
1.
Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada semua jalur,
jenjang dan jenis kependidikan.
2.
Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan
pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan
secara tatap muka atau reguler.
3.
Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai
bentuk, modus dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta
sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standard nasional
pendidikan.
4.
Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan jarak jauh
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah.
Diselenggarakannya
pendidikan jarak jauh sebagai upaya pemerintah dalam membenahi sistem
pendidikan yang tepat, terencana, simultan, dan optimal dalam meningkatkan
kualitas pendidikan dan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Di Indonesia sebetulnya
sistem pembelajaran jarak jauh sudah lama ada, yaitu sejak awal kemerdekaan
yang tujuannya untuk mengisi kekosongan tenaga yang diperlukan untuk
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Dimulai pada tahun 1950 hingga
sekarang. Pada tahun 1979 diselenggarakan perintisan SMP Terbuka pada 5 lokasi
yaitu di Lampung Selatan, Cirebon, Tegal, Jember, dan Lombok Barat.
Pembelajaran jarak jauh diselenggarakan pula pada pendidikan tinggi. Pendidikan
jarak jauh pada jenjang perguruan tinggi di Indonesia dimulai pada tahun 1984
dengan dibukanya Universitas Terbuka di Jakarta.
2.
Konsep Pendidikan Jarak Jauh
Pembelajaran
jarak jauh bukanlah sesuatu yang baru di dunia pendidikan. Proses
pembelajarannya biasanya dilakukan dengan mengirimkan berbagai materi
pembelajaran dan informasi dalam bentuk cetakan, buku, CD-ROM, atau video
langsung ke alamat pembelajar. Selain itu yang dikirimkan secara langsung ke
pembelajar adalah urusan administrasi pembelajaran dan manajemen pembelajaran.
Memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran antara lain dengan:
1.
Pengajar dan pembelajar mampu mengakses pada teknologi
informasi dan komunikasi.
2.
Pengajar memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, karena pengajar berperan
sebagai pembelajar yang harus belajar terus menerus sepanjang hayat. Tujuannya
untuk meningkatkan profesional dan kompetensinya.
3.
Tersedia materi pembelajaran yang berkualitas dan bermakna (meaningful).
Pembelajaran
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi berlangsung bukan hanya
terjadi di satu tempat seperti di sekolah atau perguruan
tinggi, melainkan dapat dilakukan di banyak tempat yang
berbeda. Pembelajaran
pun tidak hanya terdiri dari satu orang saja, melainkan
banyak melibatkan orang.
Setiap pembelajar dapat belajar pada tempat dan waktu yang
berbeda-beda. Cara
belajar dari pembelajar yang tidak terbatas dengan waktu
dan tempat itulah yang
disebut dengan pembelajaran berbasis teknologi informasi
dan komunikasi. Untuk
itulah lahirlah model-model pembelajaran seperti computer based
learning yang memunculkan pembelajaran jarak jauh.
3.
Karakteristik
Pembelajaran Jarak Jauh
Karakteristik atau
ciri-ciri pembelajaran jarak jauh antara lain:
1.
Program disusun disesuaikan dengan jenjang, jenis, dan
sifat pendidikan.Waktu yang digunakannya pun sesuai dengan sesuai program
tersebut.
2.
Dalam proses pembelajaran tidak ada pertemuan langsung
secara tatap muka antara pengajar dan pembelajar, sehingga tidak ada kontak
langsung antara pengajar dengan pembelajar.
3.
Pembelajar dan pengajar terpisah sepanjang proses
pembelajaran itu karena tidak ada tatap muka seperti halnya dalam pembelajaran
konvensional, sehingga pembelajar harus dapat belajar secara mandiri.
4.
Adanya lembaga pendidikan yang mengatur pembelajar untuk
belajar
mandiri. Pendidikan jarak jauh adalah sistem pendidikan yang menekankan
pada cara belajar mandiri (self study). Untuk itu, cara
belajar mandiri pembelajar perlu dikelola secara sistematis. Penyajian
materi pembelajaran, pemberian bimbingan kepada pembelajar, dan
pengawasan serta jaminan keberhasilan pembelajar dilakukan oleh
pengajar.
5.
Lembaga pendidikan merancang dan menyiapkan materi
pembelajaran,
serta memberikan pelayanan bantuan belajar kepada pembelajar.
6.
Materi pembelajaran
disampaikan melalui media pembelajaran, seperti komputer dengan internetnya
atau dengan program e-learning.
7.
Melalui media pembelajaran tersebut, akan terjadi
komunikasi dua arah (interaktif ) antara pembelajar dengan pengajar, pembelajar
dengan pembelajar lain, atau pembelajar dengan lembaga penyelenggara pembelajaran
jarak jauh. Inisiatif untuk berkomunikasi datang dari pembelajar atau dari
pengajar.
8.
Tidak ada kelompok belajar yang bersifat tetap sepanjang
masa belajarnya.
9.
Paradigma baru yang terjadi dalam pembelajaran jarak jauh
adalah
peran pengajar yang lebih bersifat fasilitator yang memberikan bantuan atau
kemudahan kepada pembelajar untuk belajar, dan pembelajar sebagai peserta dalam
proses pembelajaran. Karena itu, pengajar dituntut untuk menciptakan teknik
mengajar yang baik, menyajikan materi pembelajaran yang menarik, sementara
pembelajar dituntut untuk aktif berpartisipasi dalam proses belajar.
10.
Pembelajar dituntut aktif, interaktif, dan partisipatif
dalam proses belajar, karena sistem belajarnya secara mandiri yang sedikit
sekali mendapatkan bantuan dari pengajar atau pihak lainnya. Pembelajar yang
kurang aktif akan lebih mudah gagal dalam proses belajarnya.
11.
Sumber belajar adalah bahan-bahan yang dikembangkan secara
sengaja sesuai kebutuhan dengan tetap berdasarkan kurikulum.
12.
Interaksi pembelajaran bisa dilaksanakan secara langsung
jika ada suatu pertemuan. Bisa pula secara tidak langsung dengan bantuan tutor dalam
forum tutorial atau pengajar.
4.
Penerapan
TIK dalam Pembelajaran Jarak Jauh
Pengertian TIK
menurut kamus Oxford dituliskan bahwa
teknologi informasi dan komunikasi adalah studi atau penggunaan peralatan
elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisis, dan
mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata, bilangan, dan gambar.
Peranan teknologi
informasi dan komunikasi adalah: (1) Menggantikan peran manusia, yaitu dengan
melakukan kegiatan otomasi suatu tugas atau proses; (2) Memperkuat peran
manusia yaitu menyajikan informasi, tugas, atau
proses: (3) Melakukan restrukturisasi atau melakukan
perubahan-perubahan terhadap suatu tugas atau proses.
Beberapa peran teknologi
informasi dan komunikasi yang dapat memfasilitasi pembelajaran jarak jauh
adalah:
1.
Asynchronous discussion. Pada pembelajaran online,
para pembelajar dapat menggunakan waktu disesuaikan dengan kebutuhannya
masing-masing di dalam merefleksikan, berdiskusi dan memberikan komentarnya. Kondisi
ini dapat meningkatkan kualitas diskusi dan merubah psikologi dan sosiologi
komunikasi. Selain itu dapat mengembangkan strategi yang berbeda di dalam
pemecahan masalah diantara para pembelajar.
2.
Instructur control of online conference and roles. Dengan konferensi online,
pengajar dapat mengendalikan keanggotaan setiap pembelajarnya,
peran pembelajar, dan memungkinkan memantau
pelaksanan diskusi. Beberapa kelompok dapat pula mengembangkan online sendiri
di dalam berdiskusi lebih lanjut ataupun di dalam berdiskusi dalam melaksanakan
tugas, sehingga dapat memfasilitasi suatu team work.
3.
Questions and answer communication protocol: Pengajar dapat
melontarkan pertanyaan selama diskusi berlangsung. Pengajar dapat mengendalikan
siapa yang sudah menemukan jawabannya dengan mencegah pembelajar lainnya untuk
dapat mencontek, sampai mereka sendiri benar-benar menemukan jawabannya.
4.
Anonymity and pen name signatures. Ketika pembelajar
bekerja menjadi
bagian dari diskusi yang sedang berlangsung, mereka
dapat memanfaatkan pengalaman kehidupan nyata di dunia kerjanya untuk
memberikan illustrasi atas pemahaman konsep yang diajarkan oleh pengajar. Misalnya,
berupa komentar yang dapat memberikan makna yang lebih kepada pembelajar yang
sedang belajar melengkapi apa yang diajarkan oleh pengajar. Selain itu,
memungkinkan juga adanya nama samaran sehingga seseorang mampu mengembangkan
personalnya tanpa diketahui identitas sebenarnya, dan secara ekstrim sangat
berguna di dalam pembelajaran yang mengharapkan adanya permainan peran seperti metode
pembelajaran kolaboratif.
5.
Membership status lists. Pemantauan aktivitas
seperti membaca dan memberikan respon di dalam komunikasi, memungkinkan
pengajar mengetahui apa yang masing-masing pembelajar telah baca dan seberapa up-to-date
setiap di dalam forum diskusi. Hal ini memungkinkan pengajar mendeteksi
apabila terjadi ada pembelajar yang tertinggal pelajarannya. Kelompok
pembelajar kolaboratif dapat mengusahakan setiap orang di dalam tim up-to-date.
Setiap pembelajar dapat dengan mudah membandingkan frekuensi dan kontribusi
relatifnya bagi pembelajar lainnya di dalam pembelajaran.
6.
Voting. Akses yang mudah di dalam kelompok ataupun individual
untuk memberikan pendapatnya dapat pula dalam bentuk voting. Voting
tidak hanya digunakan ketika membuat keputusan, lebih kepada fungsinya untuk
mengeksplor (menggali) dan menemukan yang disepakati dan apa yang tidak
disepakati atau ketidakpastian, sehingga kelas dapat secara fokus melanjutkan
diskusi. Dimungkinkan pula pembelajar merubah pendapatnya kapan saja selama
diskusi berlangsung.
7.
Special purpose scaling methods. Metode yang berguna ini
dapat menunjukkan kesepakatan kelompok yang sesungguhnya dan meminimalkan ambiguisitas.
Ada suatu sistem yang memungkinkan setiap pembelajar pada akhir pembelajarannya
mengungkapkan apa yang mereka pikirkan paling penting dari apa yang sudah dipelajarinya.
8.
Information overload. Hal ini dapat terjadi jika
antusiasme pembelajar
di dalam diskusi sangat tinggi, dengan banyaknya
pembelajar saling
memberikan komentar, sehingga terjadi kelebihan
informasi. Masalah
ini dapat diatasi dengan membatasi ukuran kelompok
yang dapat ditangani oleh media teknologi informasi dan komunikasi yang
digunakan.
B.
Pendidikan
Tinggi Jarak Jauh
1.
Bahan
Ajar Dalam Pendidikan Tinggi Jarak Jauh
a.
Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan
Tinggi Jarak Jauh
Dalam
konteks pendidikan tinggi jarak jauh (PTJJ) seperti Universitas Terbuka (UT),
bahan ajar menempati posisi strategis yang sangat vital. Pembelajaran mahasiswa
dijembatani oleh bahan ajar baik cetak maupun non cetak.
Mengingat
kompleksitasnya, pengembangan bahan ajar PTJJ pada umumnya dilakukan oleh satu
tim bahan ajar yag terdiri dari lima unsur dengan tugas yang berlainan, yaitu:
1. Ahli materi yang menulis dan menelaah substensi materi, 2. Spesialis media
yang memproduksi media yang mendukung atau melengkapi bahan ajar cetak seperti
audio, video, pembelajaran berbantuan komputer (PBK), 3. Ahli teknologi
pendidikan yang membantu penataan struktur isi, klasifikasi tujuan, seleksi
media, aktivitas siswa, dan evaluasi, 4. Editor yang menyunting teks, dan 5.
Manejer pengembangan mata kuliah yang menjaga proses pengembangan dan produksi
bahan ajar berjalan seperti yang diharapkan.
Mengingat
misi strategis yang diembannya, bahan ajar PTJJ seyogyanya memiliki
sekurang-kurangnya dua karakteristik, yaitu lengkap dan membelajarkan diri pembelajar.
Karakteristik lengkap mengharuskan suatu bahan ajar PTJJ menyediakan segenap
materi bahan ajar yang perlu dikuasai mahasiswa dan memungkinkannya untuk
mancapai tujuan dan kompetensi suatu mata pelajaran. Sementara itu,
karakteristik membelajarkan diri mahasiswa, menuntut bahan ajar PTJJ agar dapat
merangsang dan mendukung terbentuknya pengalaman belajar mahasiswa yang
berkualitas secara mandiri serta proses belajar yang dilakukannya.
Secara umum
mahasiswa PTJJ, mahasiswa UT pun sangat heterogen. Maka tak kalah pentingnya
dipahami oleh penulis adalah kultur dan kemampuan belajar umumnya mahasiswa,
dan yang juga harus diperhatikan oleh penulis dalam mengembangkan bahan ajar
adalah untuk peruntukan jenjang program. Untuk mahasiswa jenjang program apa
bahan ajar ditulis, karena terkait dengan kedalaman dan keluwesan dari bahan
ajar tersebut.
Ada empat
cara yang dapat ditempuh untuk mengembangkan bahan ajar PTJJ, yaitu: 1)
mengkompilasi berbagai bahan yang telah tersedia, 2) menggunakan satu atau beberapa buku teks yang
telah tersedia dipasaran, 3) menggunakan buku teks dan atau referensi lain yang
telah tersedia dipasaran tetapi isi buku itu diolah ulang, dan 4) mengembangkan sendiri bahan ajar yang untuk
mahasiswa PTJJ.
b.
Pengembangan Bahan Ajar Multimedia
Setiap
komponen media merangsang satu atau lebih indera manusia. Teori Kroehnert
mengatakan bahwa semakin banyak indera yang terlibat dalam proses belajar, maka
proses belajar tersebut akan lebih efektif. Secara tegas teori ini menyarankan
penggunaan lebih dari satu indera manusia.Oleh karena itu pemanfaatan
multimedia dalam proses pembelajaran dapat diharapkan meningkatkan hasil
belajar. Terdapat beberapa aspek dalam mengembangkan multimedia, aspek-aspek
yang telah dikemukakan Bates berikut ini perlu diperhatikan:a) aksesibilitas
media, b) biaya, c) efektivitas dalam pembelajaran, d) interaktivitas, e)
pendekatan dalam pengembangan. Peralatan minimal untuk pengembangan bahan ajar
multimedia adalah sebuah komputer multimedia seperti, sebagai berikut:
a.
Perangkat
keras tambahan, seperti kamera digital, kamera video, dan scanner.
b.
Perangkat
lunak, seperti perangkat lunak pengolah gambar, perangkat lunak pengolah
suara,perangkat lunak pengolah animasi, pengolah data video, pengkonversi data
digital, perangkat lunak pengintegrasi komponen bahan ajar.
Hal pertama
yang dilakukan dalam pengembangan bahan ajar multimedia adalah pengembangan
bahan ajar yang dilakukan oleh tim. Dengan asumsi bahwa bahan ajar ajar atau
naskah bahan ajar yang akan dikembangkan telah siap, maka tim pengembang
bertemu untuk menyusun rencana bahan ajar multimedia yang akan dikembangkan.
Tahap ini adalah tahap di mana menentukan media pada tiap-tiap bagian dari
bahan ajar.
Setelah
penentuan media dari tiap-tiap bahan ajar yang perlu dilakukan selanjutnya oleh
tim adalah menentukan bagaimana media akan dipakai secara rinci atau apakah
yang akan disampaikan melalui media-media yang telah diidentifikasi. Akhir dari
tahapan perencanaan ini adalah dokumen rencana pengembangan bahan ajar multimedia
yang akan menjadi bahan acuan bagi tiap-tiap anggota tim dalam mengerjakan
bagian-bagian yang menjadi tanggung jawabnya.
Sebelum
bahan ajar multimedia didistribusikan, dilakukan uji coba dan evaluasi oleh
tim. Setelah dinyatakan lulus oleh tim, bahan ajar multimedia dievaluasi oleh
pihak di luar tim.
c.
Pengembangan Dan Pemanfaatan Bahan
Ajar Suplemen Dalam Pendidikan Tinggi
Jarak Jauh
Salah satu
karakteristik penting dari penyelenggaraan pendidikan jarak jauh (PJJ) adalah
terpisahnya secara fisik antara individu yang belajar dengan sumber yang
belajar. Dalam sistem ini, peran bahan ajar menjadi sangat vital karena bahan
ajar tersebut memuat materi ajar yang harus dipelajari oleh siswa untuk
mencapai kompetensi yang diinginkan.
Jenis bahan
ajar yang digunakan dalam penyelenggaraan SPJJ pada umumnya dapat dapat
digolongkan menjadi bahan ajar utama dan bahan ajar suplemen. Bahan ajar utama
adalah bahan ajar yang dijadikan sebagai acuan utama untuk mempelajari isi atau
materi pelajaran. Sedangkan isi bahan ajar suplemen adalah materi ajar yang
digunakan untuk menambah wawasan dan pemahaman siswa dalam mempelajari materi
ajar yang yang terdapat dalam bahan ajar utama.
Jenis bahan
ajar yang dapat digunakan sebagai suplemen untuk mempelajari bahan ajar utama
yang digunakan dalam PJJ, yaitu: a) bahan ajar cetak, b) bahan ajar
radio/audio, c) bahan ajar video/televisi, d) bahan ajar laboratorium dan kid,
e) pembelajaran berbasis komputer. Bahan ajar suplemen yang digunakan dalam PJJ
pada umumnya mempunyai beberapa fungsi, yaitu: 1) memperluas wawasan
pengetahuan siswa, 2) memberi contoh
aplikasi konkrit, 3) sebagai sarana latihan dan praktek, 4) membantu sisiwa
mempelajari konsep-konsep yang sulit.
Untuk
membuat bahan ajar suplemen dalam PJJ, pada dasarnya diperlukan beberapa tahap
kegiatan, yaitu: a) penilaian kebutuhan belajar siswa, b) menentukan tujuan
utama pembuatan bahan ajar suplemen, c) penentuan jenis bahan ajar, d)
menentukan tujuan instruksional, e) menentukan startegi pembelajaran, f)
menulis bahan ajar suplemen, g) evaluasi bahan ajar suplemen, h) revisi dan
implementasi.
Agar bahan
ajar suplemen dapat dimanfaatkan secara optimal dalam penyelenggaraan PJJ,
pengembangan dan produksinya perlu melibatkan sejumlah personel yaitu, penulis
bahan ajar, perancang instruksional, serta ahli materi. Ketiganya melakukan
kolaborasi untuk menghasilkan bahan ajar yang dapat membantu aktivitas belajar
siswa yang mengikuti program PJJ.
d.
Media Kaset Audio Interaktif Dalam
Sistem Pendidikan Jarak Jauh
Pada
umumnya, lembaga penyelenggara SPJJ menyediakan media bantu yang beragam yang
dikemas dalam bentuk bahan non cetak seperti, audio dan video, bahkan program
komputer. Implementasi bentuk-bentuk interaksi dari program radio dan kaset
audio interaktif dalam pembelajaran melalui SPJJ bervariasi. Hingga saat ini,
program radio dan kaset audio interaktif yang dikembangkan Universitas Terbuka
(UT) menerapkan beberapa bentuk interaksi pada program-program radio dan kaset
audio, terutama bentuk interaksi langsung pada saat siaran program radio atau
kaset audio berlangsung. Hal ini diharapkan dapat memberikan iklim keakraban
pada saat para mahasiswa melakukan proses belajar mandiri dengan para tutor
atau pembimbing mereka.
Ada dua
teknik penyajian materi dalam program audio interaktif yaitu penyajian tertutup
dan terbuka. Pada bentuk penyajian tertutup. Pada bentuk penyajian tertutup,
para pendengar diharapkan memberikan satu respon atau jawaban yang benar,
sedangkan pada penyajian terbuka pendengar diharapkan memberi respon atau
jawaban lebuh dari satu yang semuanya bisa benar.
2.
Lingkungan Belajar Pendidikan
Tinggi Jarak Jauh
Penggunaan jaringan elektronik
untuk interaksi belajar semakin berkembang pesat. Jaringan internet
memungkinkan berbagai bentuk interaksi dan pertukaran informasi/pengetahuan
antarindividu yang terpisahkan oleh jarak atau waktu. Inilah yang telah dan
masih dimanfaatkan oleh pengguna dari kalangan pendidik untuk dapat
berinterkasi dan bertukar informasi/ pengetahuan dengan peserta didik yang
terpisah oleh jarak/waktu. Berikut ini adalah lingkungan belajar yang mendukung
pendidikan tinggi jarak jauh, yaitu:
a.
Jaringan Belajar
Berdasarkan
buku yang berjudul “Pendidikan Tinggi Jarak Jauh” Winataputra, Sugilar, dan
Hardhono menjelaskan bagaimana membangun jaringan belajar. Belajar memiliki
arti sebagai proses psikologis yang terjadi dalam individu dan mempunyai
dimensi sosial, karena melakukan interaksi timbal balik antara aspek-aspek
personal dengan lingkungan. Namun, belajar dalam masyarakat semakin lama semakin
kompleks karena perkembangan dari ilmu, teknologi dan seni. Manusia tidak lagi
hanya belajar secara langsung dari manusia lain tetapi belajar dengan berbagai
cara dari berbagai produk ilmu, teknologi, dan seni.
Konsep dan
paradigma belajar pun berkembang pesat, tidak lagi terbatas pada interaksi
personal dan sosial tatap muka, karena setelah ditemukannya berbagai perangkat
keras dan lunak dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi, kendala ruang
dan waktu pun sudah dapat diatasi. Sehingga konsep belajar jarak jauh ini
merupakan alternatif belajar yang sangat menjanjikan sebagai wahaya
pemberdayaan dan pembudayaan manusia.
Oleh karena
itu, jaringan belajar merupakan salah satu alternatif belajar yang kini mulai
banyak dikembangkan. Menurut Levin, lima komponen belajar (struktur, proses,
mediasi, pengembangan komunitas belajar, dan dukungan institusi) merupakan
faktor yang menetukan berhasil-tidaknya suatu kegiatan jaringan belajar
berbasis internet. Sistem jaringan belajar yang dinamakan SatEX (http://www.ed.uiuc.edu/courses/SATEX).
b.
Perpustakaan
Wahyono mengatakan bahwa untuk
mendukung kegiatan di lapangan, UT didesain menjadi sebuah perguruan tinggi
dengan mata rantai jaringan yang meliputi seluruh perguruan tinggi negeri di
Indonesia. Dengan jaringan ini, UT dapat memanfaatkan fasilitas yang dimiliki perguruan tinggi, baik fasilitas
sumber daya manusia (materi bahan ajar, tutorial, fasilitas pengelolaan UPBJJ
memanfaatkan tenaga ahli yang dimiliki oleh perguruan tinggi negeri), maupun
fasilitas perpustakaan (perpustakaan dimanfaatkan untuk memberikan layanan
perpustakaan kepada mahasiswa UT). UT bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional
dan jajarannya di 26 Provinsi untuk memberikan pelayanan bahan pustakan kepada
mahasiswa. Namun, perpustakaan UT tidak mungkin mengembangkan perpustakaan
dengan model konvensional, sehingga UT mengembangkan perpustakanan elektronik
atau perpustakaan digital. Tahun 2002 UT perpustakaan UT bergabung dalam Indonesian Digital Library Network (IDLN), sehingga
akses mahasiswa terhadap sumber informasi menjadi semakin luas. Selain itu
suplemen bahan ajar dapat diperoleh secara gratis melalui internet dengan
alamat www.ut.ac.id. Jenis layanan yang diberikan secara jarak jauh
meliputi layanan bibliografi, layanan referensi, layanan penelusuran, dan
layanan fotokopi, serta melayani pemesanan buku online dan perpanjangan
peminjaman buku secara online khusus untuk staf UT.
c.
Pembinaan Kelompok Belajar
Menurut Irma Adnan, kelompok
belajar mempunyai peranan penting dalam meningkatkan prestasi akademik
mahasiswa. Tujuan dari pembentukan kelompok belajar adalah sebagai berikut:
a.
Menciptakan
sarana komunikasi dan sosialisasi antar mahasiswa
b.
Meningkatkan
motivasi belajar mahasiswa
c.
Meningkatkan
efektivitas dan efisiensi proses belajar mahasiswa
d.
Menumbukan
rasa kebersamaan
Pembinaan kelompok belajar
dimaksudkan agar keberadaanya dapat dipertahankan dan kelompok belajar dapat
berfungsi lebih baik lagi. Pembinaan kelompok belajar dilakukan dengan cara
sosialisasi program-program kemahasiswaan dan pengarahan-pengarahan kepada kelompok
belajar, memberikan informasi kepada kelompok belajar melalui suatu jaringan,
baik secara tertulis maupun secara elekronik, serta mendorong dan membantu
pembentukan perpustakaan kecil yang menyediakan buku-buku bacaan wajib yang
harus dibaca mahasiswa.
d.
Peran Forum Kerja Sama
Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Mendukung Program Pendidikan Tinggi Jarak
Jauh
Mahfut Aslam mengatakan bahwa
UT perlu meningkatkan mutu pendidikannya dengan cara melengkapi fasilitas
koleksi dan layanan peprustakaan yang memadai untuk mununjang kegiatan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat yang selama ini
dirasakan masih kurang.
Salah satu upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di UT adalah menjalin kerja sama
antara UT dengan Forum Kerja Sama Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri (FKP2TN)
yang sudah dilakukan selama ini.
Adapun tujuan dibentuknya
FKP2TN adalah: (1) Meningkatkan
pemenuhan kebutuhan informasi pengguna perpustakaan anggota; (2)
Meningkatkan pemanfaatan koleksi perpustakaan anggota; (3) Meningkatkan
kualitas sumber daya manusia peepustakaan anggota: (4) Meningkatkan pemasukan
pendapatan perpustakaan anggota; (5) Sebagai “kelompok mitra pendamping”
pemerintah. Fasilitas dan layanan perpustakanan anggota FKP2TN adalah koleksi
buku teks, koleksi rujukan, jurnal/majalah ilmiah dan karya ilmiah
dosen/mahasiswa yang kesemuanya dalam bentuk cetak. Ada juga jurnal teks
lengkap online, jurnal elektronik,
koleksi audio, multimedia dan hiburan.
Sangat besar peranan FKP2TN
dalam mendukung program pendidikan jarak jauh di UT, yaitu meningkatkan
kualitas pendidikan dan meningkatkan pemasukan dana bagi UT melalui biaya Kartu
Sakti sebesar Rp 5.000 (Kartu Sakti adalah kartu anggota perpustakaan yang
dikeluarkan oleh FKP2TN yang dapat digunakan untuk akses ke semua perpustakaan
PTN yang digabungkan dalam FKP2TN).
3.
Dampak
Pembelajaran Pendidikan Tinggi Jarak Jauh
a.
Evaluasi
Hasil Belajar di Universitas Terbuka
Evaluasi hasil belajar merupakan komponen penting dalam
kegiatan mengajar dan belajar. Tanpa evaluasi hasil belajar kemajuan dan
keberhasilan belajar mahasiswa, sulit untuk diukur. Peran evaluasi hasil
belajar semakin menonjol dalam sistem Pendidikan Tinggi Jarak Jauh (PTJJ)
karena interaksi fisik antara pengajar dan mahasiswa sangat kurang dibandingkan
dengan interaksi antara mahasiswa sangat kurang dibandingkan dalam sistem
pendidikan konvensional.
Jenis-jenis evaluasi hasil belajar dalam dunia pendidikan
dilaksanakan pada sektor pendidikan formal umumnya di kelompokkan menjadi dua
jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Alat ukur yang
akan digunakan dalam kegiatan evaluasi hasil belajar harus dikembangkan melalui
pengembangan soal ujian yang berkualitas, yaitu dengan melakukan penganalisisan
kompetensi, pengembangan kisi-kisi, dan pengembangan soal secara benar. Saat
ini dikenal dua macam tes yang umum dilaksanakan, yaitu ujian tulis dan ujian
berbantuan komputer atau online testing.
Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam
evaluasi hasil belajar mahasiswa. Fungsi penilaian pada dasarnya ada tiga,
yaitu untuk mengukur keberhasilan belajar mahasiswa, mengevaluasi efektivitas
mengajar dosen, dan memberikan umpan balik kepada mahasiswa. Laporan nilai per
semester di UT diberikan dalam bentuk Daftar Nilai Ujian (DNU). Sedangkan
laporan nilai keseluruhan selama mahasiswa belum lulus disebut Laporan Kemajuan
Akademik Mahasiswa (LKAM).
b.
Dampak
Inovasi Tutorial Elektronik terhadap Peran Tutor pada Pendidikan Tinggi jarak
Jauh
Perkembangan dan perubahan yang terjadi terus-menerus dalam
berbagai aspek kehidupan menuntut berbagai perubahan pada perguruan tinggi.
Pendidikan jarak jauh, yang semula dianggap suatu bentuk inovasi dalam bidang
pendidikan, tidak terelakan pula harus menghadapi perubahan yang terjadi dengan
munculnya berbagai inovasi baru. Proses pengajaran pada pendidikan jarak jauh
membutuhkan keterampilan mengajar yang berbeda dengan pengajaran pada
pendidikan tatap muka. Pendidkan jarak jauh, pengajaran atau staf akademik
mempunyai fungsi sebagai ahli materi atau penulis materi ajar, orang yang
menyiapkan materi belajar dan mempresentasikannya melalui berbagai media, dan
sebagai fasilitator.
Berbagai pelatihan yang diadakan UT untuk staf akademik di
UT menunjukkan bahwa UT sebagai institusi pendidikan jarak jauh berusaha
membekali stafnya dengan berbagai keterampilan yang dibutuhkan. Tutorial
elektronik di UT dibedakan menjadi tutorial berbantuan media audio-video
seperti radio atau televisi dan tutorial berbantuan komputer. Tutorial
berbantuan komputer pun dibedakan menjadi pembelajaran berbantuan komputer dan
internet. Belajar-e
merupakan bentuk inovasi media pada pendidikan tinggi jarak jauh. Penerapan
belajar-e dalam proses pembelajaran di UT dikenal dengan nama tutorial
elektronik atau turorial on-line. Penerapan tutorial elektronik masih dalam
taraf pengembangan yang merupakan suatu bentuk perubahan pendidikan.
c.
Dampak
Sistem Pendidikan Tinggi Jarak Jauh terhadap Pengembangan Mahasiswa dan
Lulusannya
Dalam mengikuti segala kegiatan belajar di PTJJ, mahasiswa
harus bergantung kepada inisiatif, kemauan dan kemampuan untuk belajar mandiri
yang tinggi. Tanpa itu, akan sangat berat bagi mahasiswa untuk dapat melewati
jenjang yang ada di PTJJ. Karena itu, mahasiswa PTJJ harus melakukan penilaian
atas kemajuan belajar masing-masing. Seperti yang dituntut pada bahan ajar
tertulis, setelah melakukan kegiatan belajar tertentu, mahasiwa harus menjawab
tes formatif. Hasil tes ini merupakan indikator keberhasilan mahasiswa dalam
mempelajari kegiatan belajar tersebut.
Oleh karena itu, dampak PTJJ pada mahasiswanya adalah PTJJ
melatih mahasiswa nya untuk mampu memunculkan motivasi dalam belajar secara
mandiri. Pada umumnya mahasiswa PTTJ didominasi oleh orang dewasa secara usia
dan untuk orang yang sudah bekerja. sehingga mereka tidak harus selalu bertatap
muka dengan dosen, seperti di PT tatap muka. Orang-orang yang sudah bekerja pun
dapat mengikuti kegiatan belajar-mengajar seperti di PT tatap muka. PTJJ
merupakan alternatif bagi yang tidak memiliki waktu belajar sudah tentu yang
dapat digunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan formal. Mereka yang
termasuk pada kategori ini adalah para pekerja, dan pendidik yang ingin
melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Tampaknya masih muncul keraguan tentang mutu lulusan PTJJ,
padahal waktu yang digunakan oleh mahasiswa untuk belajar tidaklah berbeda
banyak. Perbedaan yang signifikan tampak pada lamanya waktu menyelesaikan
studi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerapan
teknologi infotmasi dan komunikasi dalam pendidikan jarak jauh
merupakan pengetahuan terkini yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
alternative dalam melaksanakan proses belajar mengajar terutama di lingkungan
pendidikan tinggi. Melalui tekhnologi ini dapat dijadikan sebagai motivasi
belajar sekaligus perantara yang dpat digunakan dalam proses belajar. Segala
keterbatasan dalam proses penerapannya masih memerlukan pantauan agar proses
penggunaan TIK jarak jauh ini dapat memberikan kontribusi pembelajaran yang
tepat sasarn dan sesuai dengan fungsi dari tekhnologi tersebut, serta memiliki
nilai etika yang dapat dipertanggung jawabkan secara moral dalam proses
penggunaannya. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mempengaruhi
bidang pendidikan, sehingga proses pembelajaran di Indonesia bukan hanya
berlangsung dengan sistem pendidikan konvensional tetapi juga melahirkan sistem
pendidikan jarak jauh. Manfaat dari pendidikan
jarak jauh ini adalah untuk mengatasi batasan jarak dan waktu, pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan serta memberikan kesempatan meningkatkan
kemampuan tingkat pendidikan.
B. Saran
Dewasa
ini teknologi dan ilmu pengetahuan telah berkembang pesat. Indonesia sebaiknya segera
mengembangkan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) ini secepatnya, daripada lembaga
asing yang menyelenggarakannya, mengingat dampak positif yang dirasakan bagi
masyarakat Indonesia dari PJJ ini.
Namun
demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak orang yang menggunakan teknologi
dan pengetahuan secara menyimpang maka hal ini yang menyebabkan bencana pada
manusia itu sendiri. Dengan didukung oleh teknologi yang modern dan
perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat seharusnya manusia memanfaatkan hal
tersebut sebaik mungkin dan dapat berpikir kreatif agar memperoleh sesuatu yang
diharapkan. Penerapan TIK jarak jauh merupakan imbas dari berkembangnya
tekhnologi, oleh sebab itu penggunaan tekhnologi secara bijak oleh berbagai
unsur pendidikan tetap diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ashandimitra,
dkk. 2004. Pendidikan Tinggi Jarak Jauh.
Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Lies Sudibyo. 2011. Peranan dan Dampak Teknologi Informasi dalam Dunia
Pendidikan di Indonesia. [Online]. Jurnal Widyatama No. 2/ Volume 20. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=268282&val=7107&title=Peranan%20dan%20Dampak%20Teknologi%20Informasi%20%20dalam%20Dunia%20Pendidikan%20di%20Indonesia. Diakses pada tanggal 10 Februari
2017 pukul 13:55.
Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan
Perkembangannya di Indonesia.Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar